Trump dan Kisah Kesehatan Presiden AS yang Disembunyikan (1)

Trump bukan satu-satunya presiden AS menyembunyikan kondisi kesehatannya

EPA-EFE/JOYCE N. BOGHOSIA
Gambar selebaran yang disediakan oleh Gedung Putih menunjukkan Presiden AS Donald Trump bekerja di Presidential Suite saat menerima perawatan setelah dinyatakan positif COVID-19, penyakit coronavirus di Walter Reed National Military Medical Center di Bethesda, Maryland, AS, 03 Oktober 2020 Presiden berada di Walter Reed untuk menjalani perawatan setelah dinyatakan positif COVID-19 pada 02 Oktober.
Rep: Idealisa Masyrafina/Kamran D. Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah didiagnosis mengidap Covid-19. Gedung Putih pada Sabtu (3/10), meyakinkan publik bahwa Trump sudah melewati fase mengkhawatirkan. Dua hari mendatang akan menjadi sangat penting dalam perawatannya.

Saat ini Trump menjalani perawatan di Walter Reed National Military Medical Center. Saat juru bicara Donald Trump pada Jumat (2/10) mengatakan Trump memiliki gejala ringan dan bahwa ia sedang bekerja keras, kenyataannya masih banyak yang belum diketahui publik tentang penyakit presiden.

Dokter kepresidenan memberikan sedikit lebih banyak detail pada Jumat sore, menyatakan bahwa Trump dirawat dengan koktail antibodi. Dalam sejarah AS, terdapat beberapa presiden yang pernah mengalami sakit cukup keras. Satu hal yang selalu menjadi kesamaan, informasi tentang kesehatan presiden tak pernah diungkap secara gamblang.

Baca Juga


Woodrow Wilson

Saat dunia dilanda flu Spanyol pada 1918, mantan presiden AS Woodrow Wilson jatuh sakit. Wilson, layaknya Trump, meremehkan pandemi yang dikabarkan membunuh sekitar 50 juta orang di seluruh dunia tersebut.

Wilson didera sakit keras saat sedang berkunjung ke Paris, Prancis, untuk membicarakan pengakhiran Perang Dunia I pada 1919. Saat itu gejala yang muncul begitu parah. Hal tersebut sempat membuat dokter pribadi Wilson, yakni Cary Grayson, mengira sang presiden telah diracuni.

Grayson kemudian menulis surat ke Washington dan memberi tahu Gedung Putih bahwa presiden sakit parah. "Pemerintahan Wilson, untuk alasan yang sangat berbeda, sepenuhnya meremehkan pandemi," kata John Barry, seorang profesor kesehatan masyarakat di Tulane University.

Dalam bukunya The Great Influenza, Grayson mengatakan pandemi flu Spanyol membunuh sekitar 675 ribu warga AS. Banyaknya korban jiwa menjadi salah satu alasan mengapa pemerintahan AS kala itu tak membuka lebar informasi tentang sakitnya Wilson.

"Wilson khawatir berita negatif tentang apa pun akan mengurangi upaya perang - mengurangi energi yang digunakan orang untuk memenangkan perang. Dalam hal ini, ada keuntungan politik yang lebih ketat," ujarnya.

Sejarawan dan penulis biografi telah menemukan detail penyakit Wilson dalam beberapa dekade berikutnya. Namun pemerintahan Wilson mengatakan kepada wartawan pada saat itu bahwa dia hanya menderita pilek akibat hujan di Paris.

Wilson kemudian mengalami strok yang melemahkan pada tahun itu. Namun ia terus menjabat sebagai presiden sampai masa jabatannya berakhir pada 1921.

Berangkat dari hal tersebut, profesor politik dari University of Chicago William Howell bertanya-tanya betapa transparannya Gedung Putih tentang kasus Covid-19 Donald Trump. Menurut dia, Trump tentu ingin segera kembali berkampanye dan mengonter narasi yang digaungkan pesaingnya dari Partai Demokrat Joe Biden.

Namun Howell memperingatkan tentang sepak terjang Trump dan pemerintahannya. "Ini adalah seorang presiden yang selama masa kepresidenannya tidak begitu lugas tentang segala macam masalah faktual. Jadi, apakah dia bisa dipercaya adalah alasan baik dari perhatian yang nyata," ucapnya.

Grover Cleveland

Selain Trump dan Wilson, terdapat beberapa presiden AS lainnya yang mengalami sakit cukup serius saat masih menjabat. Presiden ke-22 AS Grover Cleveland pernah menjalani operasi kanker mulut.

Namun karena khawatir kesehatan yang buruk akan menjadi kelemahan politik, operasi tersebut dilakukan secara rahasia pada larut malam di sebuah kapal pesiar pribadi di Long Island South. Lesi kanker yang diambil dari mulut Cleveland ditampilkan dalam sebuah pameran College of Physicians, sebuah perkumpulan medis yang berbasis di Philadelphia, pada 2000.

Lyndon B. Johnson

Presiden Lyndon B. Johnson diam-diam menjalani operasi pengangkatan lesi kulit di tangannya pada 1967.

Franklin D. Roosevelt

Presiden AS pada masa Perang Dunia II, Franklin D. Roosevelt, didiagnosis menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung hipertensi, gagal jantung, dan bronkitis akut pada 1944. Roosevelt menjalani diet rendah garam dan diperintahkan untuk berhenti merokok. 

Namun karena saat itu AS hendak menghadapi pemilu, Roosevelt, termasuk staf Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa kondisi kesehatan sang presiden tak begitu serius. “Kisah-kisah bahwa dia dalam kesehatan yang buruk cukup bisa dimengerti sekitar waktu pemilihan, tetapi itu tidak benar,” kata dokternya kepada seorang reporter.

Para sejarawan sekarang percaya bahwa dokternya menyembunyikan semua fakta dari pasien dan publik. Roosevelt memenangkan pemilu. Namun hanya beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 12 April 1945, dia meninggal karena strok.

sumber : AP/Al Jazirah
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler