Diagnosis Trump Picu Ketidakpastian Pasar Saham AS

Pasar saham AS pun terguncang cukup keras setelah pengumuman Trump.

NYSE Photo by Colin Ziemer via AP
Aktivitas di Bursa saham New York (New York Stock Exchange). Kabar mengenai Presiden Donald Trump yang terinfeksi Covid-19 telah menyebabkan ketidakpastian di pasar saham Amerika Serikat (AS).
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar mengenai Presiden Donald Trump yang terinfeksi Covid-19 telah menyebabkan ketidakpastian di pasar saham Amerika Serikat (AS). Investor melihat penurunan kesehatan Trump berpotensi mempengaruhi harga aset beberapa pekan mendatang. 

Baca Juga


Sejauh ini, pasar relatif optimistis akan adanya perkembangan pembicaraan tentang paket stimulus di AS. Namun pasar kembali terguncang setelah Trump didiagnosa terinfeksi Covid-19 pada akhir pekan lalu. 

"Jika kesehatan presiden dalam situasi bahaya, ada banyak ketidakpastian di pasar yang tidak bisa diabaikan," kata ahli strategi investasi di Baird, Willie Delwiche, dikutip Reuters, Senin (5/10).

Terinfeksinya Trump ini terjadi tepat satu bulan menjelang hari pemungutan suara dalam ajang pemilihan presiden (pilpres) di AS. Pasar saham AS pun terguncang cukup keras dan tercatat menjadi kinerja bulanan terburuk setelah guncangan pada Maret lalu. 

Jika ketidakpastian terus berlanjut, saham teknologi dan sejumlah sektor lainnya yang telah memimpin reli tahun ini sangat rentan terhadap aksi jual. Nasdaq yang sangat dipenuhi saham teknologi turun lebih dari dua persen pada Jumat kemarin.

Konsentrasi investor di saham teknologi besar juga telah meningkatkan kekhawatiran di pasar yang lebih luas. Pasalnya, lima perusahaan AS terbesar yaitu Google Alphabet, Amazon, Apple, Facebook, dan Microsoft menguasai hampir 25 persen kapitalisasi pasar S&P 500.

Lebih jauh, diagnosis Trump telah mengintensifkan perhatian investor pada pembicaraan stimulus fiskal. Para investor menyebut kesepakatan paket bantuan lainnya akan menjadi katalis positif untuk menstabilkan pasar dalam menghadapi ketidakpastian terkait pemilu.

Stimulus baru dapat mempercepat pemulihan ekonomi dari dampak pandemi, yang telah membuat jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, pemberian stimulus dinilai akan  menguntungkan perusahaan yang sensitif secara ekonomi yang kinerja sahamnya telah tertinggal tahun ini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler