Mengintip Dunia Mak Comblang Arab Saudi di Era Modern

Jasa mak comblang di Arab Saudi menghadapi segala perubahan.

Arab News/Basheer Saleh
Mengintip Dunia Mak Comblang Arab Saudi di Era Modern. Dua orang perempuan mengunjungi mal atau pusat perbelanjaan di Arab Saudi.
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Profesi mak comblang atau perantara jodoh di Arab Saudi menghadapi tantangan di era modern. Mereka harus menghadapi segala perubahan, baik teknologi maupun pandangan generasi muda terhadap jasa mak comblang.

Baca Juga


Banyak laki-laki dan perempuan muda Saudi yang memilih pertemuan alami dengan bakal pasangan hidup mereka. Mereka tidak tertarik mengikuti atau menggunakan jasa mak comblang.

"Saya ingin menemukan sendiri seseorang dan membangun hubungan dengan mereka sebelum menikah. Saya menyadari pernikahan lebih dari sekadar jatuh cinta dengan seseorang, tetapi bagi saya itu adalah bagian fundamental dari prosesnya," kata Yasmeen Alkhudair (27 tahun) dilansir dari Arab News, Ahad (1/11).

Namun hal berbeda juga diungkapkan oleh Um Nasser (50 tahun) yang menemukan jodohnya melalui mak comblang. Ia mengaku telah menikah selama 36 tahun. Pengalamannya telah memberinya pengetahuan yang tak ternilai tentang apa yang membuat sebuah hubungan berhasil, dan cinta tidak selalu ada hubungannya dengan itu.

"Saya menikah ketika saya berusia 16 tahun, dengan putra dari seorang teman keluarga. Meskipun saya tidak bisa mengatakan itu adalah cinta pada pandangan pertama kami, akhirnya kami tumbuh menjadi saling menghormati dan pengertian, dan hubungan kami berkembang," katanya.

Menurut Nasser, dasar-dasar pernikahan bukanlah cinta dan ketertarikan, tetapi pemahaman dan kompromi. Sesuatu yang menurutnya tidak disadari oleh banyak anak muda sekarang, ketika mereka memikirkan tentang pernikahan.

"Semua orang menginginkan romansa dongeng atau jenis hubungan yang sering lihat di media sosial. Saya ingin remaja saat ini menyadari betapa banyak hal yang dilihat di Instagram dan di film itu tidak semuanya benar. Dasar yang kuat untuk membangun rasa hormat adalah satu-satunya hal yang bertahan," katanya.

Nasser sendiri merupakan salah satu mak comblang dengan pengikut aktif lebih dari 10 ribu di Twitter. Ia menggunakan Twitter untuk membantu para lajang Saudi menemukan jodoh mereka dengan membuat semacam profil kencan.

"Saya meminta pelanggan saya memberikan informasi pribadi yang terperinci, seperti usia mereka, tinggi badan mereka, permintaan khusus mereka tentang apa yang paling mereka sukai dari seorang pasangan, dan sebagainya," ujar Nasser.

Kemudian Nasser akan membuat tweet yang mencantumkan informasi tersebut. Selanjutnya, mereka yang tertarik akan mengirimkan pesan pribadi. Tahap selanjutnya ia akan mengaturnya melalui saluran khusus untuk pembicaraan lebih lanjut.

“Jika saya menerima detail satu klien yang menurut saya cocok dengan yang lain, saya juga dapat mengaturnya secara langsung, melalui siapa pun yang mereka minta untuk mewakili mereka dalam diskusi. Untuk perempuan, biasanya orang tua atau wali, untuk laki-laki, biasanya ibu, saudara perempuan, atau bibi mereka," kata Nasser.

Nasser mengungkapkan, dalam 20 tahun pekerjaannya sebagai mak comblang, dia menjodohkan lebih dari 300 pasangan yang berhasil menikah dan masih menikmati hubungan mereka. "Pernikahan adalah memberi dan menerima, mendengarkan dan memahami dan menerapkan apa yang Anda pelajari tentang satu sama lain. Menavigasi di sekitar situasi sulit, mendengarkan keluhan dan harapan orang lain, tetapi juga menghormati batasan orang lain dan membuat pengorbanan," jelasnya.

 

Beda lagi dengan Um Mansour. Dia adalah seorang mak comblang tradisional yang tidak menggunakan media sosial apa pun. Dia mengaku masih terus menerima klien. Jasanya sebagai mak comblang menyebar dari mulut ke mulut.

Menurut Mansour, banyak anak muda sekarang yang menemukan jodoh mereka di tempat kerja atau di acara sosial. Karenanya ia tidak banyak menerima klien yang berusia di bawah 30 tahun. Mereka yang masih membutuhkan jasanya berasal dari berbagai demografi publik yang sering terlupakan.

“Masyarakat kita sayangnya bisa memiliki pandangan negatif terhadap perempuan yang bercerai atau menjanda. Banyak dari perempuan yang datang kepada saya ini adalah perempuan yang luar biasa dan penyayang. Mereka hanya menjadi korban dari keadaan yang tidak menguntungkan. Mereka berhak mendapatkan kesempatan kedua, dan saya ingin melakukan segala daya saya untuk memastikan mereka mendapatkannya," ujar Mansour.

"Saya sangat gembira mengetahui telah membantu orang menemukan pasangan hidup mereka, dan beberapa dari mereka bahkan masih berhubungan dengan saya hingga hari ini,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler