Studi Sebut Air Mungkin Terjadi Secara Alami di Semua Planet
Ilmuwan menduga keberadaan air di planet-planet tidak memerlukan sumber eksternal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Munculnya kehidupan di luar bumi merupakan misteri yang belum terpecahkan. Meski begitu, para peneliti sepakat air merupakan prasyarat bagi kehidupan.
Sel pertama muncul di air dan berevolusi membentuk organisme multiseluler. Organisme sel tunggal tertua yang diketahui di Bumi berusia sekitar 3,5 miliar tahun.
"Ada dua hipotesis tentang munculnya air. Salah satunya, air tiba di planet secara tidak sengaja, saat asteroid yang mengandung air bertabrakan dengan planet tersebut," kata Profesor Martin Bizzarro dari Pusat Pembentukan Bintang dan Planet di Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kedokteran, Universitas Kopenhagen, dilansir Science Daily, Rabu (11/11).
Bersama Asisten Profesor Zhengbin Deng, dia memimpin sebuah studi baru yang mengubah teori tentang kemunculan air secara terbalik. Hipotesis lainnya yakni air muncul sehubungan dengan pembentukan planet.
“Studi kami menunjukkan hipotesis ini benar, dan jika itu benar, itu sangat menarik. Yang berarti, keberadaan air adalah bioproduk dari proses pembentukan planet," jelas Martin.
Jika teori Martin Bizzarro dan Zhengbin Deng terbukti benar, kehidupan dalam sistem planet mungkin memiliki peluang lebih baik untuk berkembang daripada yang diasumsikan sebelumnya. Studi para peneliti menunjukkan ada air di Mars selama 90 juta tahun pertama keberadaan planet tersebut.
Menurut hipotesis pertama dalam waktu astronomi, ini adalah waktu yang lama sebelum asteroid yang kaya air menyerang planet-planet di Tata Surya bagian dalam, seperti Bumi dan Mars.
"Ini menunjukkan air muncul dengan pembentukan Mars. Ini juga memberi tahu kita, air mungkin terjadi secara alami di planet dan tidak memerlukan sumber eksternal seperti asteroid yang kaya air," kata dia.
Studi ini didasarkan pada analisis meteorit hitam sederhana. Tapi meteorit itu berusia 4,45 miliar tahun dan mengandung pengetahuan yang tak ternilai tentang tata surya muda.
Black Beauty, nama meteorit tersebut berasal dari kerak Mars asli dan menawarkan wawasan unik tentang peristiwa pada saat pembentukan tata surya. Setelah ditemukan di gurun Maroko, meteorit tersebut dijual dengan harga 10.000 dolar AS per gram.
Dengan bantuan dana, Martin Bizzarro berhasil membeli kurang dari 50 gram untuk tujuan penelitian pada tahun 2017. Adanya meteorit ini, sekarang mereka dapat menunjukkan tanda-tanda keberadaan air cair di Mars pada saat pembentukannya. Namun, pertama-tama mereka harus menghancurkan, melarutkan, dan menganalisis 15 gram batu yang mahal itu.
"Mars dalam masa pertumbuhannya mengalami satu atau lebih tumbukan asteroid yang parah. Dampaknya, Black Beauty menciptakan energi kinetik yang melepaskan banyak oksigen. Satu-satunya mekanisme yang kemungkinan besar dapat menyebabkan pelepasan oksigen dalam jumlah besar adalah adanya air," jelas Zhengbin Deng.
Perselisihan lain di antara para peneliti adalah bagaimana Mars dengan suhu permukaannya yang dingin dapat menampung air cair yang menyebabkan pengendapan sungai dan danau yang terlihat di planet ini saat ini.
Air cair adalah prasyarat untuk penyusunan molekul organik, yang terjadi setidaknya 3,5 miliar tahun yang lalu saat munculnya kehidupan di Bumi. Analisis para peneliti tentang Black Beauty menunjukkan tabrakan asteroid di Mars melepaskan banyak gas rumah kaca ke atmosfer.
Menurut Zhengbin Deng, ini berarti atmosfer kaya CO2 mungkin telah menyebabkan suhu naik yang memungkinkan air cair ada di permukaan Mars. Tim tersebut sekarang melakukan studi lanjutan untuk memeriksa mineral pembawa air mikroskopis yang ditemukan di Black Beauty. Mineral berair kuno itu asli dan tidak berubah sejak pembentukannya. Ini berarti meteorit telah menyaksikan munculnya air.