1 dari 5 Pasien Covid-19 Alami Masalah Mental

Stres psikologis dan efek fisik dari Covid-19 membuat penyintas alami masalah mental.

Boldsky
Pria depresi (ilustrasi). Kecemasan, depresi, dan insomnia adalah masalah mental yang paling umum di antara pasien Covid-19 yang telah pulih.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah psikiater mengungkapkan banyak pasien yang sembuh dari Covid-19 berisiko lebih besar terkena penyakit mental. Sebuah penelitian yang dilakukan menemukan 20 persen dari mereka yang terinfeksi virus corona baru didiagnosis dengan gangguan kejiwaan dalam waktu 90 hari.

Kecemasan, depresi, dan insomnia adalah masalah mental yang paling umum di antara pasien Covid-19 yang telah pulih. Para peneliti dari Universitas Oxford, Inggris juga menemukan risiko demensia yang lebih tinggi secara signifikan pada para penyintas penyakit wabah ini, di samping kondisi gangguan otak.

"Orang-orang khawatir bahwa pasien yang selamat dari Covid-19 akan memiliki risiko lebih besar terhadap masalah kesehatan mental dan temuan kami menunjukkan kemungkinannya," ujar Paul Harrison, seorang profesor psikiatri di Oxford, dilansir Today, Rabu (11/11).

Para dokter dan ilmuwan di seluruh dunia sangat perlu menyelidiki penyebab dan mengidentifikasi perawatan baru untuk penyakit mental setelah pasien sembuh Covid-19. Harrison mengatakan, fasilitas kesehatan harus siap memberikan perawatan untuk masalah mental tersebut. Ia juga mencermati hasil penelitian yang menunjukkan fasilitas ini cenderung meremehkan jumlah pasien psikiatri.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Psychiatry, menganalisis catatan kesehatan elektronik dari 69 juta orang di Amerika Serikat (AS), termasuk lebih dari 62 ribu kasus Covid-19. Temuan itu, menurut para peneliti, kemungkinan besar akan sama untuk mereka yang terjangkit infeksi virus corona jenis baru di seluruh dunia.

Dalam tiga bulan setelah dites positif Covid-19, sebanyak satu dari lima orang yang sembuh tercatat memiliki diagnosis kecemasan, depresi, atau insomnia untuk pertama kalinya. Hal ini dua kali lebih mungkin dibandingkan kelompok pasien lain pada periode yang sama.

Studi ini juga menemukan bahwa orang dengan penyakit mental yang sudah ada sebelumnya 65 persen lebih mungkin didiagnosis dengan Covid-19, daripada mereka yang tidak. Pakar kesehatan mental yang tidak terlibat langsung dengan penelitian tersebut mengatakan, temuan ini menambah bukti yang berkembang bahwa infeksi virus corona jenis baru dapat memengaruhi otak dan pikiran, bahkan meningkatkan risiko berbagai penyakit kejiwaan.

"Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi stres psikologis yang terkait dengan pandemi khusus ini dan efek fisik dari penyakit tersebut," jelas Michael Bloomfield, konsultan psikiater di University College London.

Sementara itu, Simon Wessely, seorang profesor di bidang psikiatri regius di King's College London mengatakan temuan bahwa orang-orang yang memiliki gangguan kesehatan mental juga berisiko lebih tinggi terkena Covid-19 menggemakan temuan serupa dalam wabah penyakit menular sebelumnya. Ia menyebut, penyakit wabah ini memengaruhi sistem saraf pusat.

Marjorie Wallace, kepala eksekutif dari badan amal kesehatan mental Inggris SANE, mengatakan bahwa penelitian tersebut menggemakan pengalamannya selama pandemi. Ia mengatakan, organisasi menangani peningkatan jumlah penelepon yang dipicu oleh masalah kesehatan mental serta mereka yang mengalami ketakutan dan kecemasan tidak tertahankan.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler