Inggris akan Masuk ke Krisis Utang Pribadi

5,6 juta orang di Inggris menunggak atau meminjam untuk memenuhi kebutuhan mereka.

johndillon.ie
Utang/ilustrasi
Rep: ad Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Inggris sedang menuju ke rekor krisis dalam terkait utang pribadi. Jumlah orang yang memiliki utang bermasalah mencapai satu juta orang akibat pandemi Covid-19, menurut badan amal StepChange.

Baca Juga


Lebih dari tiga juta orang berisiko bergabung dengan 1,2 juta orang dalam kesulitan keuangan yang parah, menurut penelitian StepChange yang dirilis pada Kamis (12/11). Sebanyak 5,6 juta orang lainnya, sudah menunggak atau meminjam untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Seperti dilansir di Reuters, Kamis (12/11), StepChange mendefinisikan masalah utang parah dengan tiga indikator. Di antaranya, terlambat membayar tagihan penting atau menggunakan kredit untuk membayar utang.

CEO StepChange Phil Andre menjelasan, laporan ini melukiskan gambaran sebuah negara yang sedang berjalan dalam tidur (sleep walking) menuju krisis utang. Ia memperingatkan, berbagai langkah perlindungan yang dilakukan pemerintah dan perbankan tidak sesuai dengan situasi.

"Akibatnya, jumlah orang yang terjerat utang akibat Covi-19 semakin meningkat. Dan yang terburuk masih akan datang," tuturnya.

Pada awal bulan ini, pemerintah melakukan perpanjangan berbagai langkah yang diluncurkan dalam krisis pandemi Covid-19 untuk mendukung ketenagakerjaan dan pendapatan. Di antaranya, kema perlindungan cuti kerja. Sementara itu, regulator mengatakan kepada bank untuk memperpanjang liburan pembayaran pinjaman hingga enam bulan.

StepChange mendesak pemerintah lebih memperluas dukungan. Termasuk membantu membayar pajak daerah dan mendanai pinjaman tanpa bunga. Lockdown yang kini sedang berlangsung untuk menekan laju penyebaran gelombang kedua virus akan memperburuk masalah utang.

Data resmi menunjukkan, banyak orang telah meminjam lebih sedikit dan menabung lebih banyak selama lockdown. Tapi, StepChange memperingatkan, jutaan orang yang kehilangan pekerjaan atau terkena pemotongan gaji kini harus berjuang dengan utang menumpuk.

StepChange memperkirakan, hampir 15 juta orang terkena dampak negatif secara finansial akibat pandemi Covid-19. Jumlah tersebut sekitar 30 persen dari total populasi orang dewasa.

StepChange, yang penelitiannya mencakup jajak pendapat terhadap 3.297 orang dewasa pada September, menjelaskan, hampir satu dari lima orang yang terkena dampak mengalami kesulitan. Misalnya, makan sekali sehari selama dua hari atau lebih, atau harus melalui hari tanpa pemanas dan listrik selama lima hari atau lebih.

Seorang juru bicara kementerian keuangan mengatakan, pemerintah telah memberikan dukungan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, namun pemerintah menyadari, beberapa orang mungkin membutuhkan bantuan tambahan. Ia menambahkan, pihaknya telah memberikan hampir 40 juta euro dana tambahan kepada penyedia utang tahun ini dan telah meningkatkan jaring oengaman kesejahteraan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler