Ilmuwan Temukan Rasi Bintang tak Dikenal di Kuil Mesir Kuno
Ilmuwan mengetahui ada gambar rasi bintang saat restorasi kuil Mesir kuno.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmwuan Jerman dan Mesir menemukan rasi bintang yang belum diketahui. Rasi bintang ini diketahui saat restorasi kuil Mesir kuno.
Para pekerja di Mesir membersihkan jelaga dan kotoran dari kuil itu. Mereka membersihkan dengan campuran alkohol dan air suling. Saat mereka membersihkan kuil dari kotoran, mereka melihat ukiran asli yang dicat dan hieroglif di bawahnya tampak begitu hidup.
"Saat dibersihkan seperti baru dicat kemarin. Tapi kami tidak mengecat ulang apa pun, kami hanya menghilangkan jelaga," kata Pemimpin Proyek sekaligus Seorang Profesor dari Egyptology di University of Tubingen di Jerman, Christian Leitz dikutip dari livescience, Jumat (20/11).
Rasi bintang ini tergambar dalam sebuah lukisan. Pemugaran kuil Mesir kuno ini juga mengungkap warna lukisan yang dibuat oleh orang Mesir kuno di kuil berusia 2.000 tahun itu.
Selama restorasi kuil, para peneliti membersihkan pemandangan pahatan kuno yang menggambarkan konstelasi atau rasi bintang. Rasi bintang yang tergambarkan termasuk Biduk (dikenal sebagai Mesekhtiu) dan Orion (dikenal sebagai Sah).
Mereka juga menemukan prasasti tentang rasi bintang yang sebelumnya tidak dikenal, termasuk yang disebut "Apedu n Ra," atau "angsa Ra," yang merupakan dewa matahari Mesir kuno. Namun, tidak diketahui bintang mana di langit malam yang mereka gambarkan dalam rasi bintang itu.
Kuil kuno
Kuil yang direstorasi itu dikenal sebagai Kuil Esna. Kuil dibangun pada tahun 1589, ketika seorang pedagang Venesia mengunjungi Mesir.
Kota Esna berlokasi di sekitar 60 kilometer di selatan ibu kota kuno Luxor. Kuil memiliki struktur batu pasir yang besar ditopang oleh 24 kolom dan juga memiliki 18 kolom berdiri bebas yang dihiasi dengan ukiran tanaman yang dicat. Panjangnya sekitar 37 kali 20 kali 15 meter.
"Konstruksi dan dekorasi kuil, yang mencakup desain astronomi di langit-langit kemungkinan memakan waktu 200 tahun," kata Leitz.
Selama restorasi terakhir, para peneliti menemukan prasasti baru, termasuk prasasti yang tidak diketahui. Leitz mencatat bahwa ketika orang Mesir kuno mendekorasi kuil, pertama-tama mereka akan menggambar desain dengan tinta hitam, kemudian meminta seorang pengrajin mengukir relief tersebut dan kemudian meminta pelukis untuk mengecat relief tersebut.
Di langit-langit, banyak prasasti yang digambar dengan tinta, tetapi tidak diukir atau dilukis. "Mereka sebelumnya tidak terdeteksi di bawah jelaga dan sekarang diekspos sepotong demi sepotong," kata dia.
Proyek restorasi ini dimulai pada 2018. Proyek ini merupakan kerja sama antara Institute for Ancient Near Eastern Studies (IANES) di Universitas Tubingen dan Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir.