Rusia dan Turki Rampungkan Diskusi Gencatan Senjata Karabakh
Presiden Putin mendesak PBB untuk mendukung upaya kemanusiaan di Karabakh
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dan Turki sedang menyelesaikan implementasi kesepakatan tentang pembentukan pusat pemantauan di wilayah Karabakh Atas, kata menteri pertahanan Rusia pada Jumat (20/11).
Kedua belah pihak saat ini sedang mendiskusikan penempatan posisi pusat itu serta fungsinya, ungkap Menteri Pertahanan Sergey Shoygu pada pertemuan di Karabakh, yang juga dikenal sebagai Nagorno-Karabakh, dia bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan pejabat lainnya. Penempatan telah selesai untuk misi penjaga perdamaian di wilayah yang baru-baru ini mengalami pertempuran antara Azerbaijan dan Armenia, ketika pasukan Rusia mulai melakukan misi, tambah Shoygu.
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia telah tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Karabakh. Bentrokan baru meletus 27 September dan tentara Armenia melanjutkan serangannya terhadap pasukan dan warga sipil Azerbaijan, bahkan melanggar perjanjian gencatan senjata kemanusiaan selama 44 hari.
Setelah Baku membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia pada 10 November untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju resolusi komprehensif.