OJK: Pertumbuhan Kredit Minus 3 Persen Pertengahan November
Penyaluran kredit akan bergantung dari permintaan kredit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit minus tiga persen pada pertengahan November 2020. Jika dilihat secara bulanan penyaluran kredit mulai meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan penyaluran kredit akan bergantung dari permintaan kredit. Jika dana perbankan sudah siap tapi tidak ada pengajuan kredit, maka akan percuma.
“Kalau posisi year to date posisi Oktober 2020 bahkan pertengahan November 2020 masih terkontraksi sekitar tiga persen, ini kuartal ke kuartal. Tapi kalau bulan ke bulan ada secercah harapan, mulai menggeliat,” ujarnya, Senin (23/11).
Menurutnya salah satu yang dapat menggerakkan permintaan masyarakat yakni bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah. Nantinya bantuan itu akan membuat aliran dana kepada masyarakat semakin banyak.
"BLT motor penggerak menciptakan demand. Kalau likuiditas bank siap, permintaan tidak ada, maka diberikan ke mana kreditnya," ucapnya.
Heru menyebut masyarakat juga baru percaya diri untuk mengajukan kredit jika ekonomi membaik. Maka itu, Heru berharap pengembangan vaksin bisa menjadi pendorong utama pemulihan ekonomi domestik.
"Ini harapan semua orang untuk lebih percaya diri, sehingga demand muncul lagi," jelas Heru.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengumumkan pertumbuhan kredit bank hanya sebesar 0,12 persen secara bulanan pada September 2020. Bank sentral mencatat pertumbuhan kredit bank terus melambat dari bulan ke bulan.
Pada September kemarin merupakan titik terendah laju kredit bank tahun ini. Sebelumnya, pertumbuhan kredit berada di kisaran 1,04 persen pada Agustus 2020.