Wawancara Terakhir, Maradona Berterima Kasih Dicintai Publik
Maradona merasa cinta orang Argentina kepadanya tak pernah berakhir.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Legenda sepak bola dunia, Diego Maradona pernah mempertanyakan kecintaan suporter terhadapnya dalam wawancara terakhirnya kepada jurnalis. Maradona berpulang pada usia 60 tahun karena serangan jantung, dua pekan setelah keluar dari rumah sakit Buenos Aires usai menjalani operasi pengangkatan gumpalan darah di otak.
Kantor presiden Argentina akan menetapkan tiga hari berkabung nasional karena kematian Maradona, dan dunia sepak bola secara kolektif telah menyatakan kesedihannya atas meninggalnya seorang legenda pertandingan tersebut. Beberapa hari sebelum jatuh sakit pada ulang tahunnya yang ke-60 pada tanggal 30 Oktober, Maradona memberikan wawancara terakhirnya koran Argentina Clarin.
Saat itu, Maradona mengakui, terkadang bertanya-tanya apakah orang-orang masih akan mencintainya sebelum kembali ke sepak bola sebagai pelatih klub Argentina Gimnasia. Dia akhirnya menyadari, cinta orang lain kepadanya tidak akan pernah berakhir.
"Saya akan selamanya berterima kasih kepada orang-orang. Setiap hari mereka mengejutkan saya, apa yang saya alami saat kembali ke sepak bola Argentina tidak akan pernah saya lupakan," kata Maradona dikutip dari Nzherald, Kamis (26/11).
Ia tak menyangka, sambutan yang ia dapat saat diperkenalkan sebagai pelatih Gimnasia. Sebab, ia sudah sempat menjauh cukup lama dari sepak bola Argentina karena berkarier di luar sebagai pelatih.
"Saat saya masuk ke lapangan Gimnasia pada hari perkenalan sebagai pelatih, saya merasakan cinta dari orang-orang tak pernah berakhir," ujarnya.
Maradona mengatakan, sepak bola memberinya semua yang ia miliki, lebih dari yang pernah ia bayangkan. Menurut dia, jika tidak mengalami kecanduan kokain, ia mungkin bisa bermain lebih banyak.
Maradona mengenal obat-obatan terlarang, khususnya kokain saat memperkuat Napoli. Ia terjerumus dalam pergaulan yang salah saat didekati keluarga Giulano, mafia besar yang memegang jalur perdagangan obat-obatan terlarang di Napoli. Saat meninggalkan Napoli pada 1991, ia terlibat sejumlah masalah hukum terkait penggunaan kokain dan relasinya dengan para pemimpin mafia di Italia selatan.