Pertamina Dorong UMKM Naik Kelas Gunakan LPG Nonsubsidi
pertamina akan mengapresiasi UMKM yang menggunakan gas elpiji non subsidi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Pertamina (Persero) terus mendorong penggunaan LPG yang lebih tepat sasaran. Pertamina memproyeksikan sebanyak 75 persen LPG 3 kilogram di antaranya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, 17 persen UMKM dan sisanya 8 persen digunakan petani dan nelayan.
Heppy Wulansari, Pjs Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan melalui program Pinky Movement, Pertamina mendorong usaha yang tidak lagi masuk dalam kategori usaha mikro untuk naik kelas menggunakan LPG nonsubsidi atau Bright Gas.“Melalui program pinky movement, Pertamina akan terus melakukan sosialisasi kepada para UMKM untuk dapat naik kelas menggunakan elpiji nonsubsidi Bright Gas agar pemanfaatannya tepat sasaran,” kata Heppy, Sabtu (28/11).
Selain itu, Pertamina juga akan memberikan apresiasi kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menggunakan gas elpiji non subsidi. Salah satu bentuk apresiasi yang diberikan adalah fasilitas pinjaman untuk modal usaha dalam program Pinky Movement.
Pinky Movement merupakan program pinjaman modal usaha, yakni kepada UMKM outlet LPG untuk mengembangkan bisnis dengan menjual LPG non subsidi. Bisa juga UMKM pengguna LPG subsidi yang ingin beralih menggunakan LPG non subsidi maupun UMKM kuliner yang ingin mengembangkan bisnis dengan memanfaatkan LPG non subsidi. Program Pinky Movement telah menyasar setidaknya 2.000 outlet dan 100 usaha kecil pengguna LPG subsidi.
Menurut Heppy, program ini merupakan bagian dari investasi sosial perusahaan, atau kini dikenal sebagai Creating Shared Value.“Pertamina menawarkan pembiayaan pinjaman murah kepada UMKM yang memiliki usaha penjualan LPG atau usaha lainnya di bidang kuliner dan berniat mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan LPG nonsubsidi,” kata Heppy.
Arya Dwi Paramita, Vice President CSR dan SMEPP Pertamina, mengatakan sesuai dengan peta jalan atau roadmap program Pinky Movement akan dilanjutkan hingga tahun 2023. Akselerasi UMKM naik kelas memberikan multiplier effect, serta dampak sosial yang cukup tinggi, sehingga Pinky Movement berpotensi untuk dilanjutkan dengan penambah sasaran sektor UMKM, yakni sektor industri dan sektor peternakan.“Kedua sektor ini menempati posisi kedua setelah sektor perdagangan dan kuliner, selain itu memiliki potensi penggunaan LPG dalam menjalankan usaha,” kata Arya.
Sepanjang 2020, program Pinky Movement banyak berfokus pada kegiatan sosialisasi ke region dan mitra binaan pada April – Juni 2020. Selanjutnya, pada Juni – Desember 2020 program berfokus pada pemenuhan dokumen persyaratan, verifikasi dan pencairan dana.“Setelah mengikuti program ini, UMKM akan mengikuti berbagai program pembinaan agar naik kelas, dari program pelatihan, pembukaan akses pasar, sertifikasi maupun perizinan, mentoring dan coaching serta awarding bagi UMKM yang berpestasi,” kata Arya.