Kasus Covid-19 yang Memburuk dan Rumah Sakit yang Penuh
Saat ini kasus aktif Covid-19 di Indonesia meningkat serta kasus kesembuhan menurun.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Silvy Dian Setiawan, Dadang Kurnia, Dessy Suciati Saputri, Antara
Penularan virus Covid-19 belum juga bisa ditekan lajunya di Tanah Air. Kenaikan kasus, bahkan pencapaian rekor tertinggi kasus positif selama sembilan bulan terakhir, terjadi dengan 6.276 kasus di Ahad (29/11).
Lonjakan kasus otomatis terdampak ke ruang isolasi mandiri dan keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 yang meningkat drastis. Kondisi tersebut terjadi di kota-kota besar Tanah Air.
Setidaknya sejumlah hotel di Jakarta yang menjadi tempat karantina mandiri pasien Covid-19 mulai penuh. Hal yang sama terjadi pada keterisian flat isolasi mandiri di Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet yang mencapai 80 persen.
Kepala Sekretariat Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet Kolonel Laut (K) RM Tjahja Nurrobi mengaku mendapatkan informasi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) maupun Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Dinas Parekraf) DKI Jakarta beberapa hotel yang disiapkan untuk isolasi mandiri pasien Covid-19 di Jakarta mulai penuh. "Misalnya hotel Hotel Ibis di Senen, Grand Asia Hotel di Penjaringan, Hotel U Stay Mangga Besar yang bahkan mencapai 100 persen," katanya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Menyikapi Tren Kenaikan Kasus Covid-19, Senin (30/11).
Sementara itu, ia menyebutkan empat gedung yang disiapkan di RSD Covid-19 Wisma Atlet yaitu tower 4,5,6, dan 7 juga menunjukkan peningkatan hunian. Sejak satu pekan lalu pihaknya melihat tren penambahan jumlah kasus.
Koordinator RSD Wisma Atlet menginstruksikan mengalihfungsikan salah satu tower yang biasanya dipakai untuk isolasi mandiri yaitu tower 4 yang kini menjadi tower perawatan. Sehingga, dia menambahkan saat ini ada tiga tower untuk perawatan pasien Covid-19 di RSD Wisma Atlet yaitu tower 4,6, dan 7. Sedangkan tower 5 tetap digunakan sebagai tempat isolasi mandiri.
"Total pasien di RSD Wisma Atlet ini masih 3.500. Rinciannya keterisian di tower 5 sebagai flat isolasi mandiri mencapai 80 persen, sedangkan tower 4,6,7 mencapai 50 persen sekian," ujarnya.
Ia mengakui, kecepatan pengisian pasien perlu diantisipasi. RSD Wisma Atlet telah menyiapkan Wisma Atlet Pademangan kemudian beberapa hotel di DKI Jakarta yang ditunjuk Dinas Parekraf maupun Dinas Kesehatan DKI Jakarta kemungkinan akan menggunakan Twin Plaza, kemudian tempat seperti Jakarta Islamic Center, juga Graha Wisata di PMII sebagai tempat isolasi mandiri.
Namun, ia mengaku tidak tahu persis kepastian tempat-tempat ini menjadi tempat tambahan isolasi pasien Covid-19. Ia berharap tren kasus Covid-19 tidak bertambah dan bisa melandai.
"Kami takut timbul semacam luapan. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti itu (lonjakan kasus), namun kami tetap siap siaga," katanya.
Pemerintah kota Bandung juga tengah mencari tempat isolasi untuk pasien Covid-19 tambahan setelah kapasitas tempat isolasi di Ibu kota Provinsi Jawa Barat itu penuh. "Sekda dan jajaran Gugus Tugas berupaya mencari menambah tempat tidur ruang isolasi sehubungan terjadi peningkatan jumlah warga terpapar baru," kata Wali Kota Bandung Oded M Danial, Senin (30/11).
Pemkot Bandung telah berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung untuk menambah tempat tidur isolasi. Selain itu, ia juga telah mengingatkan kepada para tenaga kesehatan untuk bersiap apabila terjadi lonjakan kasus Covid-19. Menurutnya sejauh ini Kota Bandung masih berada pada zona oranye.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita mengatakan tempat tidur isolasi di Kota Bandung sudah penuh. Karena sejak data terakhir, 88 tempat tidur isolasi yang tersedia sudah mempunyai calon pengisi.
Sebanyak 41 persen pasien Covid-19 di Kota Bandung itu berasal dari luar wilayah."RSKIA Kota Bandung akan menambah tempat tidur menjadi 54 tempat tidur," kata dia. Saat ini di Kota Bandung sendiri ada sebanyak 662 pasien yang terkonfirmasi Covid-19 aktif. Sedangkan jumlah kumulatif terkonfirmasi Covid-19 di Kota Bandung sudah menyentuh angka 3.454 orang.
Sementara di Yogyakarta, tempat tidur isolasi pasien Covid-19 di seluruh rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 hanya tersisa 21. Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih, mengatakan total tempat tidur yang disediakan yaitu 49 untuk pasien kritis dan 414 untuk pasien non-kritis. Sehingga, sisa tempat tidur isolasi di Yogyakarta hanya 16 persen untuk pasien kritis dan tiga persen untuk non-kritis.
"Untuk tempat yang saat ini terpakai ada 41 untuk kritis dan 401 untuk non-kritis," kata Berty, Senin (30/11).
Artinya, penggunaan tempat tidur isolasi ini sudah mencapai 84 persen untuk pasien kritis dan 97 persen untuk non-kritis. Banyaknya penggunaan tempat tidur isolasi untuk penanganan Covid-19 di Yogyakarta menyusul kenaikan kasus yang signifikan, bahkan kenaikannya ada yang lebih dari 100 kasus baru per harinya.
Kenaikan kasus baru pada 30 November ini masih terus terjadi. Total ada tambahan 41 kasus baru di DIY.
Di Malang, rumah sakit rujukan Covid-19 juga mengalami keterisian yang sangat tinggi. Staf Ahli Rumpun Kuratif Satgas Penanganan Covid-19 Jatim, dr. Makhyan Jibril Al-Farabi mengungkapkan adanya enam rumah sakit rujukan Covid-19 di Malang Raya yang tingkat keterisiannya atau Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai 100 persen.
"Yang BOR-nya naiknya drastis ada dua yang sekarang menjadi cocern yaitu Malang Raya. Di Malang Raya itu ada 6 rumah sakit yang sampai 100 persen. Itu kan berarti penuh," ujar Jibril dikomfirmasi Republika, Senin (30/11).
Selain Malang Raya, lanjut Jibril, daerah yang juga mengalami peningkatan kasus Covid-19 signifikan adalah Jember. Di Jember juga diakuinya ada beberapa rumah sakit rujukan Covid-19 yang tingkat keterisiannya mendekati 100 persen. Meskipun Jibril enggan menyebutkan jumlah pasti, dan rumah sakit mana saja yang dimaksud.
"Di Jember juga barusan rapat dengan Plt Bupati Jember dengam Forkopimda, mereka juga salah satu yang naiknya drastis. BOR-nya juga sama banyak rumah sakit yang BOR-nya sudah mendekati 100 persen," ujar Jibril.
Namun demikian lanjut Jibril, jika dilijat secara kumulatif di Jatim, tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 berada di angka 65 persen untuk ruang isolasi biasa, dan 57 persen untuk ICU. Jibril mengingatkan, angka tersebut juga bukan merupakan angka yang aman. Menurutnya, perlu keterlibatan semua pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini. Utamanya dengan meningkatkan protokol kesehatan, agar rumah sakit tidak ssmakin penuh.
"Ada beberapa daerah yang memang occupancy-nya naik drastis ada yang landai aja. Kalau kita hitung rata itu sekitar 65 persen untuk isolasi biasa, terus untuk ICU 57 persen. Ini kan berarti sudah mulai warning," kata Jibril.
Jibril mengatakan, terjadinya lonjakan pasien Covid-19 yang dirujuk ke rumah sakit tiada lain merupakan dampak libur panjang pada akhir Oktoner 2020. Saat libur panjang, banyak masyarakat yang melaksanakan mudik. Bahkan mobilitas masyarakat meningkat empat persen. Pun di Malang Raya. Peningkatan terjadi karena daerah tersebut menjadi jujugan masyarakat saat libur panjang.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih menjelaskan, penambahan kasus Covid-19 terjadi karena kecepatan penularan dan masyarakat yang belum disiplin dalam menghambat penularan Covid-19. "Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M) menjadi tugas kita bersama dan kalau kita tidak melakukan pencegahan penularan bersama-sama, ya seterusnya penularan akan tinggi. Karena untuk menghambat penularan ini dengan strategi preventif yaitu dengan 3M," katanya.
IDI memohon warga terutama pimpinan masyarakat yang ditiru dan didengar oleh khalayak untuk menerapkan protokol kesehatan. Daeng meminta tokoh masyarakat memberi contoh melakukannya. Ia meminta semua pihak tidak lengah.
"Kalau lengah tidak melakukan 3M, pimpinan masyarakat tidak mencontohkan, tidak mengkampanyekan, tidak mengarahkan anggota masyarakatnya maka kami khawatir kasus semakin tinggi. Bukannya kasus melandai, namun malah meningkat," katanya.
Apalagi, ia menjelaskan Covid-19 menjadi masalah karena cepat menular. Bahkan, dia menambahkan, mutasi Covid-19 yang justru meningkatkan kecepatan penularan. Kalau penularan kasus Covid-19 masih tinggi, dia melanjutkan, maka beban berat di rumah sakit semakin bertambah. Efeknya, beban petugas kesehatan akan semakin berat. Kalau beban semakin berat, dia menambahkan, petugas kesehatan berisiko tertular virus ini.
"Sudah banyak dokter yang dilaporkan tertular virus dan gugur. Sampai sekarang 180 dokter dilaporkan meninggal dunia (akibat Covid-19)," katanya.
Padahal, ia menambahkan, perjalanan untuk menjadi tenaga kesehatan khususnya dokter spesialis tidak mudah dan tidak murah. Ia menyebutkan seorang dokter spesialis bisa menghabiskan waktu belasan tahun untuk lulus kemudian baru bisa memeriksa pasien. Jika satu dokter spesialis meninggal dunia, ia menambahkan maka ribuan orang kehilangan tenaga kesehatan yang bisa mengobati pasien.
Kenaikan kasus Covid-19 diakui Presiden Jokowi sebagai kondisi yang memburuk. Presiden pun meminta seluruh pihak agar berhati-hati terhadap lonjakan kasus Covid ini.
“Kasus aktif kita sekarang ini meningkat menjadi 13,41 persen meskipun ini lebih baik dari angka rata-rata dunia. Tapi hati-hati ini lebih tinggi dari rata-rata minggu yang lalu,” ujar Jokowi.
Selain memburuknya angka kasus aktif, Jokowi juga mengatakan tingkat kesembuhan semakin menurun. Pada pekan lalu, persentase kesembuhan pasien Covid secara nasional mencapai 84,03 persen. Namun pada pekan ini angka kesembuhan semakin menurun menjadi 83,44 persen.
Jokowi mengatakan, lonjakan jumlah kasus aktif pada pekan ini disebabkan karena munculnya kasus yang terjadi pada pekan-pekan sebelumnya.
“Ini semuanya memburuk, semuanya. Karena adanya tadi kasus yang meningkat lebih banyak di minggu-minggu kemarin,” kata Jokowi.
Presiden pun juga menyoroti dua provinsi dengan lonjakan kasus tertinggi dalam beberapa hari terakhir ini yakni Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Karena itu, ia menginstruksikan agar kepala daerah dan Satgas Penanganan Covid-19 betul-betul memberikan perhatian pada kondisi ini.
“Agar dilihat betul-betul kenapa peningkatannya begitu sangat drastis,” tambah dia.