Pfizer: Rantai Pasokan Berkontribusi pada Penurunan Produksi

Pfizer memangkas target produksi 2020 menjadi 50 juta dosis vaksin Covid-19.

AP/Bebeto Matthews
Dalam file foto tanggal 9 November 2020 ini, sebuah iklan untuk pengujian COVID-19 terpantul pada kaca di halte bus, saat pejalan kaki melewati kantor pusat dunia Pfizer di New York.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tantangan dalam rantai pasokan Pfizer Inc untuk bahan baku yang digunakan dalam vaksin Covid-19 berperan dalam keputusannya untuk memangkas target produksi 2020, kata juru bicara Pfizer kepada Reuters. Dalam beberapa pekan terakhir, Pfizer mengatakan bahwa mereka mengantisipasi produksi 50 juta dosis vaksin Covid-19 tahun ini.

Angka itu turun dari target sebelumnya, yaitu 100 juta dosis. Vaksin Pfizer mengandalkan rejimen dua dosis, yang berarti 50 juta dosis sudah cukup untuk menyuntik 25 juta orang.

Baca Juga



Seorang juru bicara perusahaan mengatakan, "peningkatan rantai pasokan bahan mentah membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan." Dia juga mengutip hasil yang lebih lambat dari yang diharapkan dari uji klinis Pfizer sebagai alasan untuk jumlah dosis yang lebih kecil yang diharapkan diproduksi pada akhir tahun 2020.

Juru bicara itu menambahkan bahwa modifikasi pada lini produksi Pfizer sekarang telah selesai dan dosis akhir dibuat dengan cepat. The Wall Street Journal adalah yang pertama melaporkan berita tersebut.

Dilaporkan bahwa orang yang tidak disebutkan namanya yang terlibat langsung dalam pengembangan vaksin Pfizer mengatakan, beberapa gabungan awal bahan mentah gagal memenuhi standar. Hal itulah yang menyebabkan penundaan produksi.

Pfizer mengajukan permohonan pada November untuk otorisasi darurat untuk vaksin Covid-19 dari regulator AS. Pejabat AS mengatakan, mereka mengharapkan vaksinnya mendapatkan izin peraturan bulan ini.

Pemerintah AS mengharapkan alokasi vaksin pertamanya untuk memasukkan 6,4 juta dosis dan akan menyusul lebih banyak lagi. Regulator di Inggris Raya telah mengesahkan vaksin Pfizer untuk digunakan di negara itu.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler