Sembelit Meski BAB Tiap Hari, Kok Bisa?

Sembelit tidak berarti orang tidak buang air besar (BAB) hingga berhari-hari.

Boldsky
Sembelit (ilustrasi). Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui akar masalah yang mendasari terjadinya sembelit alias konstipasi.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembelit atau konstipasi sering kali dipahami sebagai sebuah kondisi di mana seseorang tidak bisa buang air besar (BAB) hingga berhari-hari. Padahal, seseorang yang BAB setiap hari pun bisa jadi mengalami konstipasi.

Akademisi dan praktisi kesehatan Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH mengatakan, ada dua hal yang dapat membuat seseorang bisa dikatakan mengalami konstipasi. Kedua hal tersebut berkaitan dengan bentuk feses dan frekuensi BAB.

Terkait bentuk, Prof Ari mengatakan feses yang normal berbentuk seperti pisang dan lembut. Orang-orang bisa menggunakan Bristol Stool Chart untuk mengukur bentuk feses mereka.

Seperti dilansir Continence, Bristol Stool Chart terdiri dari tujuh tipe bentuk feses. Tipe 1 dan 2 mengindikasikan konstipasi, tipe 3 dan 4 merupakan feses normal, sedangkan tipe 5-7 mengindikasikan diare atau urgensi.

Baca Juga


Bristol Stool Chart - (Republika)


Tipe 1 merupakan feses yang bentuknya seperti kotoran kambing. Sedangkan tipe 2 merupakan feses yang berbentuk seperti sosis akan tetapi memiliki benjolan-benjolan atau tidak halus.

"Walaupun frekuensi (BAB) sekali sehari, tapi kalau bentuk fesesnya seperti kotoran kambing, kita bisa bilang ini konstipasi," ungkap Prof Ari dalam Instagram Live Series yang disiarkan oleh Perkumpulan Kontinensia Indonesia, melalui akun Instagram @pp.perkina, beberapa waktu lalu.

Terkait frekuensi, seseorang bisa dikatakan mengalami konstipasi bila frekuensi BAB-nya hanya dua kali dalam satu pekan atau lebih jarang lagi. Hal ini tetap berlaku meski bentuk feses yang dikeluarkan normal.

Secara umum, Prof Ari mengatakan ada tiga faktor yang memengaruhi pola BAB seseorang. Ketiga faktor tersebut adalah serat, cairan, dan aktivitas fisik.

Kekurangan asupan serat, cairan, atau aktivitas fisik dapat memicu terjadinya konstipasi. Sebaliknya, asupan serat, cairan, dan aktivitas yang cukup diharapkan dapat membuat pola BAB normal.

Bila ketiga faktor ini sudah terpenuhi namun konstipasi masih terjadi, mungkin ada masalah lain yang mendasari. Dalam hal ini, konsultasi dengan dokter perlu dilakukan untuk mengetahui akar masalah yang mendasari terjadinya konstipasi.

Beberapa kemungkinan masalah yang mendasari tersebut adalah irritable bowel syndrome (IBS), kelainan transit time di mana usus "malas" bergerak atau bergerak lambat, dan fecal impaction atau sumbatan feses yang keras di usus.

"Tumor juga bisa sebabkan sumbatan usus," jelas Prof Ari


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler