Pulih Lebih Cepat, Industri Logam Jadi Andalan Ekonomi RI

Selama ini industri logam berperan penting dalam mendongkrak nilai tambah bahan baku

Pekerja mewadahi briket batubara yang sudah di cetak di lingkungan balai pengembangan perindustrian sub unit pengembangan IKM logam, Gedebage, Kota Bandung, Kamis (6/8). (foto : Septianjar Muharam)
Rep: Iit Septyaningsih Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong tumbuhnya industri logam di Tanah Air yang merupakan sektor strategis dalam menopang kebutuhan bahan baku bagi industri lainnya. Upaya ini dipacu melalui peningkatan investasi yang diyakini dapat lebih memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri.

Baca Juga


“Sebagai mother of industry, sektor industri logam berpotensi memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono pada acara Topping Off Pabrik Baru PT Auri Steel Metalindo di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, Rabu (17/12). Ia menjelaskan, industri logam merupakan salah satu sektor prospektif ke depannya, karena kebutuhan domestik cukup besar. 

“Hasil produksi industri ini misalnya banyak diserap di sektor otomotif dan konstruksi. Bahkan kami melihat industri logam merupakan sektor yang mampu pulih lebih cepat di tengah tekanan pandemi,” tuturnya. 

 Lebih lanjut, selama ini industri logam berperan penting dalam mendongkrak nilai tambah bahan baku serta membawa efek yang luas bagi perekonomian, di antaranya sebagai penghasil devisa dari ekspor dan menyerap banyak tenaga kerja. “Jadi, sektor ini akan menjadi faktor pendorong bagi peningkatan daya saing ekonomi bangsa,” kata dia. 

Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT Auri Steel Metalindo yang telah menanamkan modalnya di Kawasan Industri Kendal sebesar 4,9 juta dolar AS dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.000 orang. Perusahaan ini akan memproduksi atap baja ringan dengan kapasitas mencapai 400 ribu ton per tahun.

“Investasi ini merupakan bukti peran serta dalam upaya membangun dan mengembangkan industri baja di Indonesia khususnya produk baja ringan. Selain itu, investasi ini menjadi solusi untuk menanggulangi PHK karena dampak pandemi,” ujar Sigit. 

Diharapkan dengan dukungan dari pemerintah. Perusahaan dapat pula mengambil peluang dan bisa mengembangkan pasarnya lebih luas di tengah tantangan berat karena dampak pandemi Covid-19.

Sigit mengemukakan, guna memacu daya saing industri, Kemenperin telah mendorong pembangunan kawasan yang terintegrasi. Misalnya dengan menjaga ketersediaan bahan baku, kelancaran arus logistik, kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) kompeten dan pelestarian lingkungan.

“Pemerintah sedang mendesain super koridor ekonomi Pantai Utara Jawa. Salah satunya ditopang oleh Kawasan Industri Kendal. Di sini, kami sudah memfasilitasi pembangunan politeknik yang diharapkan dapat mencetak SDM kompeten untuk mendukung terciptanya inovasi,” ungkap dia.

Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier menyampaikan, industri baja sebagai sektor hulu memiliki peran yang vital dalam menopang pembangunan nasional. “Pabrik baru PT. Auri Steel Metalindo ini merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi Kawasan Industri Kendal dan Provinsi Jawa Tengah dalam kontribusinya membangun perekonomian nasional, khususnya pada sektor industri baja, di tengah masa pandemi Covid-19,” jelas dia. 

Dirjen Ilmate menegaskan, pemerintah bertekad mengakselerasi program substitusi impor 35 persen pada 2022. Salah satunya menyasar di sektor industri logam. Guna mewujudkan sasaran tersebut, diperlukan penciptaan iklim usaha industri yang kondusif dan kompetitif sehingga mendongkrak utilisasi serta kemampuan inovatif di sektor industri.

“Untuk menopang penciptaan iklim usaha industri logam yang kondusif di masa pandemi saat ini. Pemerintah dalam hal ini Kemenperin telah menjalankan beberapa kebijakan strategis bagi sektor industri agar bisa tetap menjalankan kegiatan usahanya sehingga bisa bertahan dalam kondisi sulit ini,” jelas Taufiek.

Kebijakan tersebut di antaranya penerapan regulasi impor baja berdasarkan supply-demand dan fasilitas harga gas bumi bagi sektor industri sebesar 6 dolar AS per MMBTU. Selain itu, menerbitkan Izin Operasional Mobilitas dan Kegiatan Industri (IOMKI) yang bertujuan untuk menjaga aktivitas industri dapat tetap beroperasi dengan protokol kesehatan yang ketat. 

Direktur Utama PT Auri Steel Metalindo Auripallas Pramana mengungkapkan realisasi pembangunan pabriknya sudah mulai dilakukan sejak awal tahun 2020. Menurutnya, KIK sebagai Kawasan Ekonomi Khusus memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan Kawasan lainnya.

"Tetapi kita juga memiliki confidence level yang tinggi dengan pengembangnya, yaitu PT Jababeka Tbk. dan Sembcorp dari Singapura. Sebab untuk menentukan lokasi pabrik, kontinuitas dan peran pengelola sangat penting untuk keberlangsungan operasi pada jangka panjang,” tutur dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler