Mutasi Virus Corona Terjadi di Afrika Selatan

Para ahli percaya mutasi di Afrika Selatan sedikit lebih kebal vaksin. 

www.freepik.com
virus corona (ilustrasi).
Rep: Meiliza Laveda Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN – Ilmuwan menemukan dua kasus dari varian Covid-19 Afrika Selatan yang terdeteksi di Inggris kemungkinan lebih mudah menular. Selain itu, virus juga dapat menyerang anak muda. Para ilmuwan Afrika Selatan percaya virus tersebut sedikit lebih kebal terhadap vaksin.

Baca Juga


Namun, penelitian masih terus berlanjut untuk memastikan ancaman yang ditimbulkan oleh varian itu yang tampaknya tidak memicu gejala yang lebih serius atau memerlukan perawatan berbeda. Timbul beberapa kekhawatiran, seperti semakin banyak mutasi individu dari varian Afrika Selatan dapat membuat infeksi kembali individu yang telah tertular virus.

Para ilmuan Afrika Selatan masih bekerja untuk memahami varian baru yang dikenal sebagai 501Y.V2. Data tentang varian Afrika Selatan telah dibandingkan oleh para ilmuan dengan varian Inggris yang terdeteksi pekan lalu.

“Dengan menggabungkan data kami dengan data di Inggris Raya, varian Afrika Selatan ini sedikit lebih efektif dalam menyebar dari orang ke orang dan itu tidak baik. Itu berarti kita harus menghentikannya, ” kata Pemimpin Penelitian Varian Baru Afrika Selatan, dr. Richard Lessells.

Dia berharap penelitiannya dapat memberi jawaban dan solusi. Mutasi pada varian baru Afrika Selatan memungkinkan virus untuk mengikat dan memasuki sel dengan lebih baik daripada varian sebelumnya.

Varian baru ditemukan melalui pengawasan rutin oleh jaringan laboratorium di sekitar Afrika Selatan dari hampir 200 sampel yang dikumpulkan di lebih dari 50 fasilitas kesehatan berbeda. Awalnya terbatas di wilayah pesisir, kini menyebar sampai pedalaman.

Varian baru ini memiliki banyak perubahan pada lonjakan protein, bagian dari virus yang mengikat sel di dalam tubuh manusia. Para ilmuwan telah mengisolasi satu mutasi tertentu. Misal, N501Y mutasi umum untuk varian baru Inggris dan dari Afrika Selatan yang diyakini kemampuannya menyebar dengan cepat.

"Pada tahap ini, tidak ada bukti yang jelas dari varian baru yang dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah atau hasil yang lebih buruk, tetapi dokter melakukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah varian baru ini mengubah perjalanan penyakit," kata para ilmuwan kepada media lokal.

Ahli epidemiologi menunjukkan tingkat kematian dapat meningkat jika varian baru menyebar dengan kecepatan yang melampaui sistem perawatan kesehatan.

 

 

Menurut data statistic resmi, Afrika Selatan telah mencatat 940.000 kasus Covid-19 dan total hampir 25.000 kematian.

Dikutip The Guardian, Kamis (24/12), beberapa negara memberlakukan larangan perjalanan dari Afrika Selatan, salah satunya Jerman.

Setelah gelombang pertama di Afrika Selatan mencapai puncaknya pada Juli dan Agustus, total harian untuk kasus baru turun secara dramatis.

Namun, jumlah infeksi baru mulai meningkat tajam pada awal Desember, mencapai 11.000 pada awal pekan.

Mayoritas virus menyerang anak muda yang berusia 15 sampai 25 tahun. Namun, masih tidak jelas penyebab infeksi tersebut, apakah dari varian baru atau perilaku baru.

Rangkaian pesta massal yang merayakan akhir tahun ajaran Afrika Selatan disalahkan karena mempercepat penyebaran infeksi. Gelombang kedua telah diprediksi di Afrika Selatan tetapi tidak untuk dua hingga enam bulan berikutnya.

“Ini masih sangat awal tetapi pada tahap ini, data awal menunjukkan virus yang sekarang mendominasi menyebar lebih cepat,” kata Ketua Komite Penasihat Menteri Pemerintah, Prof. Salim Abdool Karim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler