Indonesia dan Oman di Pusaran Spekulasi Normalisasi Israel
Netanyahu menyebut normalisasi hubungan Israel akan diumumkan lebih cepat.
REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan normalisasi Israel dengan negara-negara Arab dan Muslim akan diumumkan lebih cepat, Kamis (24/12).
Pernyataan Netanyahu tersebut terucap di tengah spekulasi Indonesia dan/atau Oman mungkin menormalisasi hubungan dengan Israel. “Akan ada lebih banyak negara dan mungkin (normalisasi terjadi) lebih cepat dari yang diharapkan orang,” kata Netanyahu, dilansir di The Jerusalem Post, Kamis.
Dia berbicara selang sehari setelah delegasi Israel kembali dari Rabat, Maroko. Hubungan antara Israel dan Maroko kembali terjalin setelah absen selama 20 tahun.
“Anda dapat melihat negara-negara Arab. Beberapa telah melakukannya dan yang lain akan melakukannya (normalisasi),” kata Netanyahu kepada Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft dan Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan saat bertemu di Yerusalem.
Craft telah mengunjungi Israel pekan ini. Dia juga menyebut akan ada lebih banyak lagi kesepakatan yang akan muncul.
Menteri Intelijen Israel Eli Cohen telah mengatakan tentang kemungkinan kesepakatan itu dengan Indonesia, Oman, Mauritania, Niger dan Arab Saudi. Ada negara Asia lain yang tidak disebutkan, beberapa orang menganggap negara itu Pakistan.
Sumber diplomatik mengatakan kepada The Jerusalem Post, Indonesia dan Oman adalah negara yang paling mungkin menjalin hubungan dengan Israel. Dia mencatat pekerjaan atas nama normalisasi dengan kedua negara itu berada pada tahap yang lebih maju daripada dengan negara lain.
Oman memiliki hubungan tingkat rendah dengan Israel dari 1994-2000. Sementara Indonesia tidak pernah memiliki hubungan dengan Israel, tetapi memiliki hubungan rahasia, kontak perdagangan tingkat rendah, dan hubungan antara para pemimpin negara.
Indonesia memiliki hubungan pertahanan informal sejak 1970-an. Para pemimpin Indonesia selama beberapa dekade memandang Israel sebagai mitra dagang potensial, tetapi tidak mengambil langkah lebih.
Beberapa pejabat Israel juga pernah mengunjungi Indonesia. Misal, mantan perdana menteri Israel Yitzhak Rabin pernah mengunjungi Indonesia pada 1993.
Diikuti mantan presiden Israel Shimon Peres pada 2000 ketika dia masih menjadi menteri kerja sama regional. Ketua Partai Yamina, Naftali Bennett juga pernah mengunjungi Indonesia saat menjadi menteri ekonomi pada 2013. Mantan menteri luar negeri Israel Silvan Shalom bertemu dengan mitranya dari Indonesia di New York pada 2005.
Wakil Presiden Kamar Dagang Israel-Indonesia Emanuel Shahaf mengatakan meskipun organisasinya telah ada sejak 2009, dia tidak membayangkan sampai sekarang akan ada potensi untuk normalisasi hubungan. Dua pekan lalu dia menyebut itu tidak benar.
Namun, sekarang dia percaya setidaknya ada 50 persen kemungkinan itu dapat terjadi. Dia telah lama percaya pada potensi ekonomi dari hubungan dengan negara tersebut dan organisasinya membantu orang Israel yang ingin berbisnis di Indonesia.
Israel memiliki perwakilan perdagangan di Singapura yang juga menangani masalah ini. Hubungan dengan Israel akan menguntungkan ekonomi Indonesia, khususnya dalam sektor pertanian, kedokteran, dan energi.
“Jika Arab Saudi menormalisasi hubungan dengan Israel, akan lebih mudah bagi Indonesia untuk melakukannya. Sebab, Indonesia melihat ke Makkah untuk bimbingan spiritual dan tindakan Arab Saudi mempengaruhi kebijakan publik Indonesia,” kata Shahaf.