Dibanderol Rp 62 Juta, GeNose UGM Sudah Bisa Dipesan

GeNose bekerja mendeteksi virus corona lewat sampel napas yang dideteksi AI.

Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas menunjukkan alat tes cepat COVID-19 melalui hembusan nafas yang diberi nama GeNose hasil inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta saat peluncuran dimulainya penelitian GeNose di RSUP Dr. Sardjito, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (26/10/2020). Saat ini UGM dan RSUP Dr. Sardjito melakukan kerja sama uji diagnosis GeNose yang diklaim memiliki tingkat akurasi sekitar 95 persen.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Inas Widyanuratikah, Bowo Pribadi

Upaya untuk meningkatkan kemampuan pengetesan virus corona tidak dilakukan dilakukan dengan memperbanyak testing. Terobosan melalui pengembangan teknologi pengetesan Covid-19 juga dilakukan, salah satunya oleh Universitas Gadjah Mada (UGM).

Setelah pengembangan selama beberapa bulan, hari ini alat pengendus elektronik yang bisa mendeteksi Covid-19 buatan UGM bernama GeNose atau Gadjah Mada Electronic Nose akhirnya mengantongi izin edar. Alat yang akan digunakan untuk skrining ini sudah dapat dipesan dan dijual dengan harga Rp 62 juta per unit.

GeNose memiliki tingkat sensitifitas 92 persen, yang artinya alat ini mampu membaca tanda positif Covid-19 dengan peluang 92 persen. Sedangkan tingkat spesifisitas sebanyak 95 persen, yang artinya alat ini mampu membaca tanda negatif Covid-19 dengan peluang 95 persen.

"Secara garis besar, kelebihan dari GeNose ini hanya butuh sampel napas, hasilnya relatif cepat. Pengalaman saya mencoba hanya dibutuhkan waktu 2 menit. Katakanlah di sini waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari 5 menit," kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro, dalam telekonferensi, Senin (28/12).

Bambang menjelaskan, alat ini menggunakan AI atau kecerdasan artifisial yang mendeteksi partikel. Hal yang dideteksi dari sampel napas bukanlah virus corona, melainkan senyawa yang secara spesifik akan berbeda kalau dikeluarkan oleh pengidap Covid-19.

Selain memiliki relabilitas yang tinggi, alat ini bisa dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka waktu yang lama. Setelah batas jumlah pasien tercapai, bukan berarti alat ini tidak bisa digunakan, namun hanya dibutuhkan perawatan dari inovator.

"Jadi intinya, alat ini bisa dianggap sebagai alat yang akurat, aman, terjangkau, dengan desain lokal. Yang masih impor adalah komponen elektroniknya," kata Bambang menambahkan.

Anggota tim peneliti GeNose UGM, Dian Nurputra mengatakan pihaknya telah melakukan dua kali penelitian besar untuk uji validasi alat ini. Uji validasi dilakukan untuk memetakan bagaimana pola dari hembusan napas orang dengan Covid-19 dan orang sakit selain Covid-19.

"Hasilnya, pada saat profiling itu, mesinnya bisa mencapai akurasi lebih dari 97 persen," kata dia lagi.

Dian menjelaskan, saat ini pihak yang membutuhkan sudah bisa melakukan pemesanan. Bahkan, kata dia, pihaknya sudah menerima pesanan dari Singapura. Namun, Dian menegaskan untuk saat ini GeNose dibuat untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Adapun terkait dengan potensi adanya varian baru virus Covid-19, Dian menjelaskan AI dari GeNose akan semakin akurat semakin sering digunakan. Jika dilakukan pelatihan secara berkala, maka diharapkan AI di dalam GeNose dapat mengenali varian baru virus tersebut.  

Ketua tim pengembang GeNose, Prof. Kuwat Triyana, mengatakan izin edar GeNose dari Kemenkes turun pada Kamis (24/12). Alat yang diberi nama GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar bernomor KEMENKES RI AKD 20401022883.

Menurut Kuwat setelah izin edar diperoleh maka tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai oleh BIN dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan. Mereka berharap agar dengan jumlah GeNose C19 yang masih terbatas ini dapat memberikan dampak maksimal.

"Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan napas sehingga satu jam dapat mengetes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam," kata dia, Sabtu (26/12).

Kuwat juga menegaskan setelah mendapatkan izin edar GeNose C19 akan segera diproduksi massal. Tim berharap bila ada 1.000 unit nantinya, maka akan mampu melakukan tes sebanyak 120 ribu orang sehari.

Tentunya, lanjut dia, bukan angka tersebut yang menjadi harapan utama. Namun, kemampuan melakukan tes diharapkan akan lebih mudah menemukan orang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala dan bisa segera diambil tindakan isolasi atau perawatan.

Ia menjelaskan nantinya biaya tes dengan GeNose C19 cukup murah hanya sekitar Rp 15 hingga Rp 25 ribu. Hasil tes juga sangat cepat yakni sekitar 2 menit serta tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel tes berupa hembusan napas juga dirasakan lebih nyaman dibanding usap atau swab.

Baca Juga


Pemprov Jawa Tengah sudah menunjukkan ketertarikannya terhadap GeNose. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, telah meminta Dinkes untuk memesan alat tersebut.

"Kita sudah minta untuk pesan dan Dinkes Jawa Tengah sudah mengkomunikasikan kepada UGM soal daftar harganya juga," ungkap Ganjar.

Gubernur menambahkan, GeNose C19 tersebut dapat membantu surveilans untuk meningkatkan tracing dengan cara mudah dan cepat. Ia mengatakan, sejak mulai dipresentasikan beberapa bulan lalu GeNose C19 memang sudah ditunggu realisasinya.

Begitu izin dari Kemenkes diterbitkan, orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah tersebut langsung merespons. Ia berkeinginan Jawa Tengah bakal memulai dan membeli alat karya putra bangsa tersebut. "Mestinya negara membantu untuk menyebarluaskan, karena kemudahan dan kemampuan alat tersebut cukup bagus. Maka Jawa Tengah akan memulai dan akan membeli," tegasnya.

Menurut Gubernur, alat tersebut nantinya bisa ditempatkan di beberapa lokasi seperti rumah sakit dan tempat-tempat keramaian. Bisa juga ditempatkan di puskesmas-puskesmas yang juga menjadi surveilans.

Terlebih lagi, harganya juga cukup terjangkau. Jangankan kabupaten/kota, bagi masyarakat umum pun juga bisa membeli alat tersebut.

"Saya membayangkan, kalau setiap puskesmas memiliki satu alat tersebut satu saja, maka bisa menjadi alat yang cukup bagus untuk melakukan tracing atau surveilans di level puskesmas," kata Ganjar.

GeNose adalah hidung elektronik yang bekerja dengan sistem penginderaan atau sensor untuk mengenali pola senyawa. GeNose dirancang untuk mengenali pola Volatile Organic Compound yang terbentuk dari infeksi Covid-19 dan terbawa dalam napas manusia.

GeNose dapat digunakan sebagai salah satu metode skrining bersama rapid test serta PCR. Dikutip dari laman UGM, studi GeNose dilakukan ke 1.600 subjek dengan 3.200 sampel. Sampel  ini diambil dari sembilan rumah sakit, termasuk di antaranya RSUP dr. Sardjito, Rumah Sakit Akademik UGM, dan RSPAU Hardjolukito.

Sebelum dilakukan uji diagnosis, alat ini sebelumnya telah melalui uji profiling dengan menggunakan 600 sampel data valid, dan menunjukkan tingkat akurasi tinggi, yaitu 97 persen.

GeNose memiliki sejumlah keunggulan sebagai alat deteksi cepat Covid-19, yaitu reliabilitas tinggi karena menggunakan sensor yang dapat dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka lama, mampu memberikan hasil dalam waktu yang relatif cepat, non-invasif, serta memerlukan biaya pengujian yang murah menggunakan masker non-rebreathing dan hepa filter sekali pakai.

Karena alat ini menggunakan sistem artificial intelligence, semakin banyak tes yang dilakukan maka tingkat akurasi juga akan semakin meningkat. Dan melalui uji diagnosis yang akan dilakukan selama beberapa minggu ke depan, nantinya akan diperoleh hasil yang menunjukkan apakah produk ini layak untuk digunakan sebagai alat kesehatan yang akurat.


Infografis Massal Vaksinasi Covid-19 Segera Dimulai - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler