Bisnis Mode Mencari Selamat
Pandemi mendesak kreativitas pelaku bisnis mode
Teropong Republika 2020-2021 berisi ulasan isu penting yang terjadi selama setahun belakangan. Sekaligus mencoba memproyeksikan bagaimana persoalan serupa bisa diselesaikan pada tahun depan. Kita semua berharap Indonesia 2021 tentu berbeda dari situasi tahun sebelumnya. Harus bangkit dan lebih baik lagi.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Reiny Dwinanda, jurnalis republika.co.id
Pandemi Covid-19 mendesak pelaku bisnis mode semakin kreatif. Apa saja terobosan yang mereka ciptakan dan akankah itu bertahan sampai tahun depan?
Industri mode termasuk yang terpukul keras oleh pandemi. Model, penata rias, penata panggung, hingga fotografer mode kehilangan pekerjaan akibat ditiadakannya pagelaran busana.
Industri fashion secara keseluruhan menghadapi tantangan selama beberapa bulan pertama pandemi akibat adanya pembatasan perjalanan dan terhentinya produksi tekstil di China. Negara Tirai Bambu yang juga lokasi awal ditemukannya virus corona tipe baru penyebab Covid-19 ini merupakan produsen tekstil terbesar di dunia.
Pada Februari, London Fashion Week terlaksana dengan tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus corona dengan memastikan hand sanitizer tersedia di titik-titik kritis. Jumlah penampil sontak turun drastis.
Mereka kemudian membuat konten untuk dipromosikan di platform media sosial China, seperti Weibo dan WeChat. Kehadiran partisipasi China yang lebih rendah menjadi pukulan besar bagi jenama-jenama fashion. Sebab, menurut Bain & Company, pengeluaran China menyumbang sepertiga dari penjualan pasar global mewah pada 2018.
Pada 23 Februari, Giorgio Armani menggelar pagelaran busana tanpa penonton, tanpa pembeli, dan tidak diliput oleh para jurnalis fashion.
Pada April, Saint Laurent memutuskan mundur dari pagelaran Paris Fashion Week pada September. Label mewah asal Prancis ini memilih untuk memamerkan koleksinya dengan jadwal khusus sebagai salah satu upaya untuk beradaptasi dengan krisis kesehatan yang sedang berlangsung.
Paris Fashion Week pada Maret, berjalan meski beberapa desainer terpaksa melewatkannya akibat pandemi. Jenama kondang seperti Chanel dan Louis Vuitton dari LVMH memamerkan koleksinya dalam show yang skalanya lebih kecil.
London Fashion Week pada Juni digelar melalui platform digital. Pengalaman baru ini terbuka untuk publik di seluruh dunia, para pedagang, dan menjadi titik temu melalui wawancara, podcast, buku harian perancang, webinar, dan ruang pamer digital.
Pada Juli, Dolce & Gabbana membuat sejumlah aturan untuk peragaan busana yang digelar di era pandemi Covid-19. Rumah mode Italia itu merancang supaya area catwalk aman untuk para model serta penikmat mode.
Untuk pertama kalinya, model harus menjaga jarak satu meter satu sama lain di atas catwalk. Pemakaian masker juga diwajibkan di belakang panggung peragaan busana koleksi busana pria musim semi/musim panas 2021 tersebut.
Saat Milan Fashion Week pada bulan Juli, koleksi yang dipamerkan secara langsung hanya kreasi Etro dan Dolce & Gabbana. Mereka memanfaatkan ruang outdoor, sementara desainer lain memilih untuk memamerkan koleksi baru mereka hanya secara online.
Rumah mode Christian Dior juga terpaksa menggeser pertunjukan besarnya dari Mei ke 22 Juli. Acara ini sebagian besar akan diselenggarakan secara digital, namun dikemas laksana film yang indah.
Perlahan, desainer dunia mencari alternatif cara memperlihatkan koleksi terbarunya. Pada September, Christian Siriano menggelar fashion show halaman belakang rumahnya di Connecticut, Amerika Serikat. Dia juga menyiarkannya secara streaming. hingga pertunjukan di dalam ruang dengan protokol ketat.
Juga di bulan September, Giorgio Armani memilih untuk tidak mengambil risiko di tengah pandemi menggelar pagelaran busana secara tertutup, tanpa penonton. Meski begitu, pertunjukannya tetap bisa disimak secara luas berkat penayangan di TV dan seluruh akun media sosialnya.
New York Fashion Week pada pertengahan September memangkas parade acara yang biasanya terlaksana selama tujuh hari menjadi lima hari saja. Desainer menggunakan ruangan yang selama ini dipakai untuk menyelenggarakan peragaan busana besar untuk tempat membuat film atau konten media sosial. Mereka kemudian merilis konten tersebut sesuai jadwal, seolah-olah itu siaran langsung.
Hingga akhir tahun, situasinya belum berubah. Chanel mengadakan fashion show di sebuah kastil Château de Chenonceau, di Prancis pada Ahad (5/12). Tak ada penonton, kecuali brand ambassador-nya, Kristen Stewart.
Sementara itu, Indonesia Modest Fashion Week 2020 mengambil langkah strategis dengan menggandeng e-commerce Shopee untuk menayangkan koleksi busana yang akan menjadi tren tahun depan. Dengan basis pelanggannya, Shopee Live turut membantu desainer modest fashion memperkenalkan karyanya.
Tak hanya itu, Indonesia Modest Fashion Week bahkan juga berkolaborasi dengan Rusia dan Miami Modest Fashion Week. Kerja sama ini memungkinkan karya para desainer yang terlibat menjadi mendunia.
Meskipun sudah ada vaksin yang memberi harapan untuk mengakhiri pandemi, iklim peragaan busana sepertinya tak jauh berbeda pada tahun depan. Apalagi, Indonesia tampak masih jauh untuk mencapai herd immunity di bawah payung vaksin Covid-19.
Itu artinya, hingga akhir tahun 2021, peragaan busana paling-paling bisanya dilakukan secara hybrid. Perpaduan acara offline dengan protokol kesehatan yang ketat dan online lewat berbagai kanal akan menjadi andalan dunia mode.
Tren mode
Pandemi Covid-19 juga sontak mengubah tren mode. Apalagi, kebanyakan pekerja kantoran bekerja dari rumah (WFH). Rapat-rapat virtual membuat orang lebih mementingkan busana atasan dan riasan yang lebih mempertegas penampilan.
Di samping itu, impitan ekonomi juga membuat orang tak leluasa untuk belanja baju. Masyarakat pecinta mode pun harus lebih jeli, kreatif, dan selektif dalam membeli busana, mencari yang lebih awet, simpel, dan mudah dipadupadankan.