Turkish Airlines: 2020 Tahun Penuh Tantangan Penerbangan
Industri penerbangan sangat merasakan dampak negatif pandemi
REPUBLIKA.CO.ID, ANAKRA -- Tahun 2020 telah menjadi tahun paling menantang dalam sejarah penerbangan, kata Ilker Ayci, CEO maskapai nasional Turki, Turkish Airlines, pada Kamis (31/12)
"2020 akan menjadi era yang tak terlupakan untuk waktu yang lama karena pandemi Covid-19, yang sudah dianggap sebagai krisis global terbesar sejak Perang Dunia II," kata Ayci dalam sebuah pernyataan.
Pada 2021, industri penerbangan yang sangat merasakan dampak negatif pandemi akan berusaha mengembalikan upaya mereka sebelum 2020, kata dia.
Ayci mengatakan Turkish Airlines melakukan hubungan secara dekat dengan otoritas internasional selama periode pandemi, dan maskapai penerbangan beradaptasi dengan cepat terhadap transformasi digital dengan menerapkan berbagai tindakan untuk melindungi masyarakat.
Pandemi Covid-19, yang awalnya muncul di China pada Desember 2019, telah menyebar ke seluruh dunia dan sangat memengaruhi aktivitas ekonomi, terutama pariwisata, penerbangan, dan manufaktur.
Turki mengambil beberapa langkah antisipasi untuk membendung penyebaran virus, termasuk menangguhkan penerbangan.
Turkish Airlines, didirikan pada 1933, memiliki armada 363 pesawat (penumpang dan kargo) yang terbang ke 319 tujuan di 127 negara.