Iran Ingin Tingkatkan Produksi Uranium Hingga 20 Persen

Iran telah mengirimkan surat resmi kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

timesofsiarel
Sebuah bangunan rusak akibat kebakaran, di fasilitas pengayaan uranium Natanz sekitar 200 mil (322 kilometer) selatan ibukota Teheran, Iran, dalam foto yang dirilis pada 2 Juli 2020 oleh Organisasi Energi Atom Iran.
Rep: Intan Pratiwi Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Pemerintah Iran mengajukan penambahan produksi Uranium ke pengawas nuklir Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Iran berencana untuk menambah produksi uraniumnya hingga 20 persen dari produksi selama ini.

Baca Juga


Langkah tersebut adalah yang terbaru dari beberapa pengumuman terbaru oleh Iran kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa pihaknya berencana untuk melanggar kesepakatan lebih lanjut, yang mulai dilanggar pada tahun 2019 sebagai pembalasan atas penarikan Washington dari perjanjian dan penerapan kembali sanksi AS terhadap Teheran.

Langkah ini adalah salah satu dari banyak yang disebutkan dalam undang-undang yang disahkan oleh parlemen Iran bulan lalu sebagai tanggapan atas pembunuhan ilmuwan nuklir top negara itu, yang dituduhkan oleh Teheran kepada Israel. Langkah semacam itu oleh Iran dapat mempersulit upaya Presiden terpilih AS Joe Biden untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu.

 

"Iran telah memberi tahu Agency bahwa untuk mematuhi undang-undang yang baru-baru ini disahkan oleh parlemen negara itu, Organisasi Energi Atom Iran bermaksud untuk memproduksi uranium yang diperkaya rendah (LEU) hingga 20 persen di Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow," kata IAEA seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (2/1).

Laporan IAEA kepada negara-negara anggota sebelumnya pada hari Jumat yang diperoleh oleh Reuters menggunakan kata-kata yang serupa dalam menggambarkan surat Iran kepada IAEA tertanggal 31 Desember. "Surat Iran kepada Agensi tidak menyebutkan kapan aktivitas pengayaan ini akan dilakukan," kata pernyataan IAEA.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler