AS Pertimbangkan Memberi Setengah Dosis Vaksin dari Moderna

Agar lebih banyak orang bisa divaksin, AS pertimbangkan beri setengah dosis.

EPA-EFE/EDUARDO MUNOZ
Vaksin Covid-19 Moderna. Pemerintah AS sedang mendiskusikan kemungkinan pemberian setengah dosis vaksin Moderna dalam program imunisasinya.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Pemerintah Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan untuk memberi setengah dosis vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) yang dikembangkan Moderna. Pemangkasan dosis bertujuan untuk mempercepat proses vaksinasi massal.

Menurut Moncef Slaoui, kepala program vaksin AS Operation Warp Speed, para pejabat saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Moderna dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) tentang gagasan itu. Vaksin Covid-19 dari Moderna membutuhkan dua tahap suntikan.

"Kita tahu, untuk vaksin Moderna diperlukan dua dosis, memberikan setengah dari dosis kepada orang-orang yang berusia antara 18 hingga 55, berarti dua kali lipat jumlah orang dengan dosis yang kami miliki bisa divaksin," ujar Slaoui, dilansir Reuters, Senin (4/1).

Baca Juga


Slaoui mengatakan, dengan dosis penuh, vaksin Covid-19 dari Moderna akan memberikan respons imun yang identik. Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan, telah memberikan 4.225.756 dosis pertama vaksin di negara itu pada Sabtu (2/1) dan mendistribusikan 13.071.925 dosis ke hampir seluruh wilayah negeri.

AS juga telah menyetujui vaksin Covid-19 dari Pfizer, yang juga membutuhkan dua tahapan suntikan. Vaksinasi telah jauh dari target awal, di mana para pejabat AS mengharapkan 20 juta orang di negara adidaya itu dapat divaksinasi pada akhir 2020.

Meski demikian, Slaoui mengaku tetap optimistis vaksinasi dapat dipercepat. Ia menolak saran bahwa para pejabat harus memprioritaskan untuk memberi lebih banyak orang dengan suntikan pertama, dibanding menahan dosis suntikan kedua.

Menurut Slaoui, memotong setengah dosis vaksin Moderna adalah pendekatan yang lebih bertanggung jawab. Ia juga menyebut belum dapat diketahui hingga beberapa bulan mendatang, tentang apakah orang yang telah divaksinasi masih dapat menyebarkan penyakit infeksi virus corona jenis baru.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler