Perjalanan CoronaVac, Vaksin dari Sinovac China

Peneliti Brazil mengumumkan CoronaVac memiliki kemanjuran 78 persen.

JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA
Seorang petugas memperlihatkan sejumlah kotak berisi vaksin COVID-19 Sinovac.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang muncul pada 2020 membuat para ilmuwan di seluruh dunia berlomba-lomba membuat vaksin. Vaksin yang dikembangkan antara lain Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZeneca, Sinopharm, dan CoronaVac.

Baca Juga


Salah satu yang dipakai di Indonesia adalah CoronaVac yang sedang dalam tahap uji coba klinis fase III. CoronaVac adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan swasra biofarmasi Cina Sinovac yang sebelumnya dinamai PiCoVacc. Dosis yang dibutuhkan adalah dua dosis selang dua pekan.

Dilansir New York Times, Jumat, (8/1), vaksin biasanya memerlukan pengujian selama bertahun-tahun sebelum mencapai tahap akhir. Saat ini, para ilmuwan di seluruh dunia tengah menguji 64 vaksin dalam uji klinis pada manusia dan 20 vaksin telah mencapai tahap akhir pengujian. Ini berlaku bagi CoronaVac, berikut proses pengujiannya :

1. Pengujian Praklinis

Sebelum para ilmuwan menguji vaksin pada manusia, mereka terlebih dahulu menggunakan hewa seperti tikus atau monyet. Hal ini guna melihat respon imun setelah divaksinisasi. Untuk CoronaVac, pengujian praklinis dilakukan pada monyet.

Dilansir Science, PiCoVacc melindungi monyet macaque rhesus dari beberapa jenis SARS-Cov-2. Vaksin dinilai dapat menonaktifkan sifat bahaya dari virus tersebut.

Awalnya mereka, mendapat dosis vaksin kemudian dimasukkan SARS-CoV-2. Monyet yang menerima dosis terendah menunjukkan tanda-tanda pengendalian infeksi.

Sementara itu, monyet yang menerima dosis tinggi tampak lebih terlindungi dan tidak memiliki beban virus di faring atau paru-paru setelah tujuh hari terinfeksi.

 

2. Uji Coba Fase 1 dan Uji Coba Fase II

Setelah sukses pengujian kepada monyet, tahap selanjutnya adalah manusia. Para ilmuwan memberikan vaksin kepada beberapa manusia untuk menguji keamanan dan dosis, serta memastikan vaksin tersebut merangsang sistem kekebalan.

Sementara pada uji coba fase II adalah memberikan vaksin kepada ratusan orang yang dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti anak-anak dan orang tua. Uji coba ini menguji keamanan vaksin lebih lanjut. Sinovac melaporkan data positif dari uji coba fase I/II CoronaVac.

Penelitian tersebut diunggah di laman The Lancet yang dipublikasikan pada 17 November 2020. Pada uji coba fase I dilakukan antara 16 April dan 25 April 2020 dengan 144 peserta yang terdaftar.

Sedangkan fase II dilakukan pada 3 Mei dan 5 Mei 2020 dengan 600 peserta yang terdaftar. Semua peserta menerima setidaknya satu dosis vaksin. Dari pengujian kedua fase tersebut tidak ditemukan efek samping yang parah.

Dikutip Clinical Trials, Kepala Eksekutif Sinovac Weidong Yin mengatakan uji coba fase I/II menunjukkan CoronaVac aman dan dapat menyebabkan respon inum. “Kami sudah mulai berinvestasi untuk membangun fasilitas manufaktur sehingga kami dapat memaksimalkan jumlah dosis yang tersedia untuk melindungi orang dari Covid-19. Kami berkomitmen untuk mengembangkan CoronaVac untuk penggunaan global sebagai bagian dari misi kami dalam menyediakan vaksin,” kata Yin.

 

3. Uji Coba Fase III Efisiensi

Setelah dinilai sukses pada fase I/II, pengujian berlanjut sampai fase III. Dalam fase ini, para ilmuwan memberikan vaksin kepada ribuan orang dan menunggu untuk melihat berapa banyak yang terinfeksi dibandingkan dengan sukarelawan yang menerima placebo.

Uji coba ini dapat menentukan apakah vaksin melindungi dari virus korona. Selain itu, juga mengukur tingkat kemanjuran vaksin.

a. Brasil

Sinovac meluncurkan uji coba fase III pada Juli 2020 di Brasil yang diikuti oleh negara lain, Indonesia dan Turki. Dikutip AP News, tes ini melibatkan 9.000 sukarelawan bersama dengan Butantan, lembaga ilmiah Sao Paulo yang telah memproduksi vaksin selama lebih dari satu abad.

Gubernur Sao Paulo Jao Doria mengatakan CoronaVac adalah vaksin yang paling aman dan paling menjanjikan. Namun, pada pertengahan November, Pemerintah Brasil mengumumkan mereka akan menghentikan persidangan Sinovac karena ada kejadian yang merugikan.

Penghentian itu dinilai tidak jelas dan menimbulkan kecurigaan ada unsur politik yang terlibat. Jeda dua hari setelah pengumuman tersebut, persidangan terkait perizinan CoronaVac dilanjutkan.

Pada 7 Januari 2021, peneliti Brazil mengumumkan CoronaVac memiliki kemanjuran 78 persen. Tak ada satu pun dari sukarelawan yang divaksinasi dalam uji coba fase III yang mengalami kondisi Covid-10 parah atau sedang.

Dikutip Reuters, Pemerintah negara bagian Sao Paulo Brazil menandatangani kontrak senilai 90 juta dolar Amerika untuk menerima 46 juta dosis vaksin Sinovac.

 

 

b. Turki

Tidak hanya Brasil, uji coba ini juga dilakukan di Turki. Dikutip Reuters, menurut data sementara yang diperoleh, vaksin CoronaVac dinyatakan efektif 91,25 persen.

Hasil ini jauh lebih baik daripada hasil uji coba terpisah di Brasil. Peneliti Turki mengatakan tidak ada efek samping utama yang terlihat selama percobaan mereka, selain dari satu orang yang bereaksi alergi.

Sementara efek umum yang dirasakan adalah demam, nyeri ringan, dan sedikit kelalahan. Uji coba ini dimulai sejak 14 September yang melibatkan 7.000 relawan.

c. Indonesia

CoronaVac merupakan salah satu jenis vaksin yang digunakan Indonesia. Dilansir laman Indonesia.go.id, Sinovac bersama dengan Bio Farma dan Pusat Uji Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran melakukan uji klinis fase 3 dan mengambil sampel dari 1.620 orang.

Rentang usia mereka antara 18 tahun sampai 59 tahun. Sinovac tiba di Indonesia pada Ahad (6/12) dengan jumlah 1,2 juta dosis. Sedangkan sisanya, 1,8 juta dosis datang pada januari.

Pendistribusian vaksin sudah mulai dilakukan pada awal Januari. Untuk penyimpangan CoronaVac, hanya memerlukan ruang yang bersuhu 2 sampai 8 derajat Celsius. Kulkas pun dapat dipakai untuk menyimpannya.

Saat ini, vaksin tengah menunggu perizinan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menfatwakan vaksin CoronaVac halal pada Jumat (8/1).

d. Cile

Pemerintah Cile mengumumkan dosis untuk uji coba fase III dilakukan di Cile. Dikutip Gob.cl, mereka telah membuat perjanjian vaksin dengan Sinovac 20 juta dosis vaksin.

Tentunya, penggunaan vaksin membutuhkan persetujuan dari lembaga yang memenuhi syarat, yaitu Institut Kesehatan Masyarakat Cile atau Badan Pengawasan Kesehatan Nasional (ANVISA) di Brasil. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler