WHO: Herd Immunity tidak akan Tercapai di Tahun Ini

Perlu waktu untuk mencapai herd immunity meski vaksin telah diberikan bertahap.

ANTARA /Dhemas Reviyanto
Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/1/2021). Sebanyak 15 juta dosis vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi Sinovac, China, tiba di tanah air untuk selanjutnya akan diproses oleh Bio Farma selaku BUMN produsen vaksin.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Para ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa vaksinasi massal tidak akan membawa kekebalan kawanan (herd immunity) terhadap virus corona tahun ini. Pandemi telah menginfeksi lebih dari 90 juta orang.

Jumlah kematian telah melampaui 1,94 juta sejak China mengonfirmasi kematian pertama di pusat kota Wuhan setahun yang lalu.  China sebagian besar telah mengendalikan virus, tetapi menangani sejumlah infeksi lokal.

Baca Juga


 
Namun, angka infeksi melonjak di seluruh AS dan Eropa, terutama karena Inggris menghadapi jenis baru penyakit ini yang dapat membuat rumah sakit kewalahan.

Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan memperingatkan bahwa perlu waktu untuk memproduksi dan memberikan dosis vaksin yang cukup untuk menghentikan penyebaran virus.

"Kita tidak akan mencapai tingkat kekebalan populasi atau kekebalan kawanan pada tahun 2021," kata Swaminathan dilansir di South China Morning Post, Selasa (12/1).

Ia menekankan perlunya menjaga jarak fisik, mencuci tangan dan memakai masker untuk mengendalikan pandemi.



WHO juga mengatakan lonjakan kasus global baru-baru ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan interaksi orang, bukan varian virus yang baru diidentifikasi.

Kepala teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove, mengatakan bahwa lonjakan kasus di banyak negara terdeteksi sebelum varian baru diidentifikasi. Dia mencatat bahwa selama musim panas, kasus Covid-19 turun menjadi satu digit di sebagian besar negara di Eropa.

"Kita kalah dalam pertempuran karena kita mengubah pola interaksi kita selama musim panas, musim gugur dan terutama sekitar Natal dan tahun baru," kata Van Kerkhove.

"Itu berdampak langsung pada pertumbuhan eksponensial yang telah Anda lihat di banyak negara." tambahnya.

Kepala darurat WHO, Michael Ryan, mengatakan, meskipun ada beberapa bukti bahwa varian baru mungkin mempercepat penyebaran Covid-19, tidak ada bukti bahwa varian baru ini mendorong unsur keparahan apa pun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler