Impor Kedelai 2021 Diperkirakan 2,6 Juta Ton

Ketersediaan kedelai di Indonesia pada Januari-Maret 2021 diperkirakan 1,09 juta ton.

Antara/Sigid Kurniawan
Pekerja menggiling kedelai impor untuk diolah menjadi tahu. ilustrasi
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Volume importasi kedelai tahun 2021 diperkirakan akan mencapai 2,6 juta ton. Pasokan tersebut diimpor khusus untuk kebutuhan produksi tahu dan tempe di dalam negeri.


Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi, mengatakan, hingga Maret 2021, total pasokan impor kedelai yang masuk ke Indonesia diperkirakan mencapai 650 ribu ton. Selain stok impor, juga tersedia produksi 2020 yang mencapai 411 ribu ton serta produksi dalam negeri sebanyak 28,7 ribu ton.

Dengan kata lain, total ketersediaan kedelai di Indonesia periode Januari-Maret 2021 diperkirakan 1,09 juta ton. Adapun kebutuhan kedelai pada waktu yang sama yakni 778,1 ribu ton sehingga terdapat surplus 312 ribu ton.

Sementara itu, untuk tingkat harga pemerintah menggandeng sejumlah pemangku kepentingan agar bisa lebih rendah dari tren kenaikan harga saat ini.

Agung menyampaikan, tingkat harga di distributor per November 2020 mencapai Rp 7.500 - Rp 8.000 per kg, Desember 2020 sebesr Rp 8.500, lalu naik lagi pada Januari menjadi Rp 9.200 per kg.

 

 

 

"Tapi kami terus kerja sama dengan para stakeholder dan Satgas Pangan. Solusinya menurunkan harga di distributor Rp 8.500 per kg," kata Agung dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR, Rabu (13/1).

Kesepakatan harga tersebut, menurut Agung, adalah harga yang diterima langsung oleh pengrajin tahu dan tempe. Adapun penurunan harga yang diupayakan akan berlaku hingga Maret ke mendatang.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, persoalan kedelai di Indonesia yang membuat para pengrajin tahu dan tempe mengeluh bukan karena ketersediaan. Namun lantaran harga kedelai impor yang mahal sehingga memaksa ongkos produksi naik. Kenaikan harga kedelai itu dipicu oleh faktor global yang berdampak pada sejumlah negara konsumen kedelai impor. 

Oleh sebab itu, Syahrul mengatakan, pemerintah mau tidak mau harus mulai menyiapkan produksi kedelai lokal agar bisa digunakan oleh pengrajin tahu dan tempe. Syahrul pun menjanjikan produksi kedelai lokal akan digenjot dalam 200 hari ke depan. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler