OJK: Lahirnya Bank Syariah Buku IV Tinggal Selangkah Lagi
Mergernya tiga anak usaha BUMN diyakini bisa lahirkan bank syariah Buku IV
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mergernya tiga bank syariah anak usaha BUMN, BNI Syariah, Mandiri Syariah, dan BRI Syariah yang tinggal tinggal menghitung hari membawa optimisme pada pertumbuhan perbankan. Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana, ke depannya merger perbankan syariah yang diberi nama Bank Syariah Indonesia ini, dapat memfasilitasi seluruh kebutuhan pelaku industri di ekosistem ekonomi syariah.
Selain itu, bank hasil merger ini diharap membantu peningkatan share asset perbankan syariah yang kini berada di angka 6,51 persen dibanding total aset perbankan nasional.Saat ini, menurut Heru, kapasitas perbankan syariah terbatas. Jadi, paling tinggi perbankan syariah ada di buku III belum buku IV.
"Dengan gabungnya bank syariah himbara ini, buku IV hanya tinggal selangkah saja," ujar Herry dalam Webinar Syariah Outlook Ekonomi Syariah Indonesia 2021, Selasa (19/1).
Herry melihat, tantangan dalam jangka pendek adalah bagaimana perbankan di Indonesia bisa melakukan pemulihan sektor rill dan konsolidasi bisnis untuk mengatasi pandemi. "Kami juga akan address supaya nanti perbankan mempunyai daya tahan untuk menyerap cadangan sebagai dampak dari restrukturisasi kredit yang masih berlangsung," katanya.
Kemudian, kata dia, perbankan digital tidak boleh diabaikan karena nasabah maunya perbankan kita melakukan transaksi dengan digital. OJK memiliki Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2020-2025 sebagai panduan pelaku perbankan dalam menjawab tantangan zaman.
"Berdasarkan peta jalan ini, perbankan syariah diharap ke depannya bisa menjadi katalis pertumbuhan ekonomi," katanya.
Menurut Ketua Project Management Office (PMO) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN, Hery Gunardi berkata, integrasi tiga bank syariah milik BUMN merupakan wujud inisiatif pemerintah untuk membangkitkan industri syariah, yang selama ini dianggap sebagai raksasa tidur.
Menurutnya, dengan nilai aset yang mencapai sekitar Rp240 triliun dan melayani lebih dari 14,9 juta nasabah, Bank Syariah Indonesia akan berupaya menjawab berbagai tantangan pengembangan ekonomi dan industri keuangan syariah.
"Untuk menjadi Buku 4 kan minimal modalnya harus Rp 30 triliun. Diharapkan dengan merger ini aset mencapai Rp 240 triliun 2022 harapannya bisa tercapai buku 4," katanya.
Hery mengatakan, infrastruktur bisa menjawab tantangan yang dihadapi perbankan Syariah. Di antaranya, harus bisa mmeperkuat daya saing perbankan syariah di industri. Dari sisi produk, harus punya produk yang lebih variatif dengan kombinasi kapabilitas tiga bank yang membawa kelebihannya masing-masing.
"Kami juga akan mendorong capability technology system karena kami sadar bahwa bank ini ke depan harus punya kemampuan digital yang lebih baik daripada sekarang,” kata Hery.
Bank Syariah Indonesia, kata dia, diprediksi mampu mewujudkan visi menjadi pemain global dan pemain utama di industri perbankan syariah dunia dalam kurun 3-4 tahun mendatang. Visi ini, bisa terwujud dengan pelayanan Bank Syariah Indonesia yang akan fokus di segmen UMKM, ritel, konsumer, dipadu kemampuan mengelola nasabah wholesale yang baik.
Bank Syariah Indonesia, kata dia, akan memiliki total aset hingga Rp 239 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Selain memiliki fundamental yang kuat, Bank Syariah Indonesia juga memiliki beragam produk untuk ditawarkan kepada masyarakat, baik di segmen ritel, UMKM, serta korporasi.
Didukung oleh kemampuan teknologi terbaik, kata dia, Bank Syariah Indonesia berkomitmen menyediakan pengalaman perbankan digital terbaik bagi pelanggan. Layanan Bank Syariah Indonesia akan didukung jaringan yang luas, dengan operasional lebih dari 1.200 cabang untuk melayani masyarakat di seluruh daerah.
"Dengan merger ini, bisa membuat BSI rangking 7 bank nasional. Jadi bisa menjalankan bisnis syariah lebih kompetitif. Bahkan, 3 sampai 4 tahun nanti bisa jadi pemain global," paparnya.