Deretan Saham BUMN yang Melejit di 2020

Kapitalisasi saham emiten BUMN tahun 2020 turun 8 persen dibandingkan tahun 2019.

Antara/Sigid Kurniawan
Sapanjang 2020, pasar saham domestik terguncang karena dilanda pandemi Covid-19. Kapitalisasi saham emiten BUMN tahun 2020 turun 8 persen dibandingkan tahun 2019.
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sapanjang 2020, pasar saham domestik terguncang karena dilanda pandemi Covid-19. Sejumlah saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun turut terimbas krisis kesehatan tersebut. 

Baca Juga


Berdasarkan kapitalisasi pasar, menurut Kepala Riset Praus Kapital Alfred Naiggolan, penurunan saham BUMN lebih besar dibandingkan emiten non-BUMN di tahun 2020. 

"Kapitalisasi saham emiten BUMN tahun 2020 turun 8 persen dibandingkan tahun 2019. Sementara kapitalisasi pasar saham non-BUMN hanya turun 2,4 persen," kata Alfred kepada Republika.co.id, Rabu (20/1). 

Meski demikian, ditengah penurunan kapitalisasi emiten BUMN tersebut, terdapat beberapa emiten yang justru mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan tersebut khususnya terjadi pada emiten BUMN berbasis komoditi logam mineral dan farmasi.

Di sektor komoditi logam mineral contohnya PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) yang sepanjang tahun lalu menguat sebesar 142 persen. Pada Maret 2020, harga saham SMBR sempat jatuh ke posisi 162. Namun pada akhir 2020, harga sahamnya telah mencapai posisi di atas 1.000.

Tidak hanya SMBR, ada pula PT Aneka Tambang Tbk dan PT Timah Tbk yang pada tahun lalu masing-masing menguat 130 persen dan 80 persen. Menurut Alfred, kenaikan sektor komoditi ini didorong oleh sentimen kenaikan harga komoditi dan sejumlah rencana pemerintah seperti proyek batrei listrik, serta program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). 

Sementara untuk sektor farmasi, PT Indofarma Tbk menjadi emiten yang paling cemerlang pada tahun lalu dengan kenaikan secaya tahunan mencapai 363 persen. Pada Maret 2020, emiten berkode INAF sempat berada di posisi 448 per lembar saham. Namun pada akhir 2020, harga INAF telah berada di atas 3.000.

Selain INAF, PT Kimia Farma Tbk juga mengalami kenaikan yang signifikan mencapai 240 persen. Pada Maret lalu, emiten berkode KAEF ini sempat berada pada harga 580. Namun di akhir 2020, harga saham KAEF telah melompat naik ke harga 4.000. 

Menurut Alfred, kenaikan di sektor farmasi ini terdorong oleh peningkatan belanja kesahatan terutama pemerintah dan juga masyarakat di tengah Pandemi Covid-19. "Apalagi dengan penugasan pemerintah untuk program vaksinasi Covid-19," tutup Alfred. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler