Akibat Brexit dan Covid-19, Perdagangan UE-Inggris Terganggu

Uni Eropa (UE) merupakan mitra dagang terbesar Inggris

Reuters
Bendera Inggris dan Uni Eropa
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Lebih dari setengah bisnis yang memindahkan barang dari Uni Eropa (UE) ke Inggris telah mengalami penundaan sejak 1 Januari. Penyebabnya, birokrasi Brexit yang rumit dan adanya pembatasan aktivitas ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga


Penelitian oleh Chartered Institute of Procurement and Supply (CIPS) mengatakan, sebanyak 60 persen perusahaan melaporkan penundaan pengiriman dari UE ke Inggris. Lebih dari sepertiga dari 185 manajer rantai pasokan yang disurvei CIPS mengatakan, barang mereka sudah ditahan selama beberapa hari.

Perdagangan antara Inggris dengan mitra dagang terbesarnya, UE, telah dilanda hambatan berkali-kali dari formalitas perbatasan terbaru. Misalnya, deklarasi bea cukai dan dokumen aturan asal hingga kebutuhan pengemudi untuk menunjukkan tes virus corona negatif untuk memasuki Prancis.

Ekonom CIPS John Glen mengatakan, penundaan akan cenderung memburuk karena volume pengiriman yang masih di level rendah. "Ketika transportasi barang bertambah, begitu pula antriannya. Bisnis mungkin terpaksa membatasi atau menghentikan produksi untuk mengatasi potensi kekurangan stok," tuturnya, seperti dilansir di Bloomberg, Kamis (21/1).

Tingkat lalu lintas di Selat Inggris, titik persimpangan tersibuk dengan UE sejauh ini masih berada di level 70 persen dibandingkan kondisi normal pada bulan ini. Rata-rata, lima persen truk atau sekitar 100 hingga 200 kendaraan, ditolak di area perbatasan setiap hari karena tidak memiliki dokumen Brexit yang tepat ataupun tes virus corona.

Data tersebut disampaikan pimpinan dari Kelompok Pengiriman Perbatasan dan Protokol Kantor Kabinet Emma Churchill.

Tantangan perdagangan tidak berhenti di situ. Para pedagang juga menghadapi biaya lebih tinggi dalam memindahkan barang karena pengangkut menaikkan tarif untuk mengompensasi penundaan dan gangguan di perbatasan.

Direktur pelaksana Escape Europe Ltd Tony Shally yang membantu memfasilitasi pengiriman barang merupakan salah satu yang terkena dampak. Pengangkut Prancis yang bekerja sama dengannya mengenakan biaya 60 persen lebih kepada pelanggan.

Kenaikan harga tersebut digunakan untuk menutupi ongkos membawa barang dari Eropa ke Inggris. Selain itu, biaya akan dimanfaatkan untuk truk yang kembali ke blok Eropa tanpa memiliki back load (beban yang dibawa kembali ke tempat asal).

Semula, Shally mengatakan, biaya memindahkan muatan dari Paris ke Birmingham, Inggris, biasanya sekitar 1.500 pound atau sekitar 2.100 dolar AS. Tapi, setelah Brexit, pengangkut mengenakan biaya sekitar 2.200 pound atau naik 46 persen, untuk beban yang sama.

"Keinginan pengangkut UE untuk datang ke Inggris sekarang sangat sedikit. Semua akses yang saya miliki untuk truk sudah hilang," ujar Shally.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler