Lima Fakta di Balik Tingginya Populasi Muslim di Eropa

Terdapat lima fakta di balik tingginya angka umat Islam di Eropa.

Reuters/Fabrizio Bensch
Terdapat lima fakta di balik tingginya angka umat Islam di Eropa. Gereja Martha Lutheran di Berlin, Jerman menjadi lokasi sholat Jumat umat Muslim karena keterbatasan ruang di masjid imbas Covid-19, Jumat (22/5).
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Eropa memiliki populasi Muslim minoritas dibandingkan benua lain. Hanya sekitar lima persen dari keseluruhan populasi di Eropa. 


Namun, beberapa negaranya justru memiliki proporsi Muslim lebih besar dibandingkan persentase keseluruhan. Terdapat lima fakta mengenai tingginya populasi Muslim  di Eropa, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Prancis dan Jerman adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di Eropa. Pada 2016 Prancis memiliki 5,7 juta Muslim sedangkan di Jerman terdapat sebanyak lima juta jiwa Muslim.

Selain itu, di Uni Eropa juga terdapat negara yang memiliki jumlah populasi Muslim  seperempat dari seluruh jumlah penduduknya. Muslim di Siprus sebanyak 300 ribu orang dan yang terbanyak adalah orang siprus Turki. Mereka merupakan penduduk asli Siprus dan bukan migran.

Kedua, populasi Muslim Eropa terus meningkat. Dari pertengahan 2010 hingga pertengahan 2016 saja, persentase Muslim meningkat satu persen. Dari 19,5 juta menjadi 25,8 juta jiwa. 

Pew research menganalisis, pada 2050 bisa meningkat dua kali lipat. Faktor utama peningkatan Muslim di Eropa adalah banyaknya migran yang datang. 

Meski nantinya izin masuk migran ke Eropa dibatasi, populasi Muslim tetap akan meningkat sekitar 7,4 persen. Ini karena Muslim di Eropa masih berusia muda dan memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.

 

Ketiga, mayoritas Muslim Eropa berusia muda dan miliki banyak anak. Pada tahun 2016 usia rata-rata Muslim di seluruh Eropa adalah 30,4 tahun. Usia tersebut 13 tahun lebih muda dari median untuk orang Eropa lainnya (43,8). Dilihat dari sisi lain, 50 persen dari semua Muslim Eropa berusia di bawah 30 tahun dibandingkan dengan 32 persen non-Muslim di Eropa.  

Selain itu karena kesuburan tinggi bagi wanita Muslim, rata-rata wanita Muslim di Eropa memiliki tiga anak, berbeda satu anak dibanding wanita non-Muslim yang hanya dua orang.  

Keempat, migrasi menjadi faktor utama pertumbuhan Muslim. Diperkirakan, 2,5 juta Muslim datang ke Eropa untuk alasan selain mencari suaka, seperti untuk bekerja atau bersekolah. Sekitar 1,3 juta lebih Muslim menjadi pengungsi dan menetap di Eropa. Diperkirakan, 250 ribu Muslim meninggalkan wilayah tersebut selama periode ini. 

Selain migran, faktor kedua meningkatnya populasi Muslim adalah pertumbuhan alami. Terdapat 2,9 juta lebih banyak kelahiran baru bayi Muslim dibandingkan mereka yang meninggal dunia.  

Banyaknya pemberitaan mualaf ternyata perpindahan agama bukanlah faktor utama. Hanya sekitar 160 ribu orang yang terdata baru memeluk Islam.

Kelima, stereotip Islam di Eropa. Survei Pew Research Center pada 2016 yang  dilakukan di 10 negara menemukan bahwa pandangan negatif tentang Muslim banyak terjadi di Eropa timur dan selatan. Namun, mayoritas responden di Inggris, Jerman, Prancis, Swedia, dan Belanda memberikan penilaian yang baik kepada Muslim. 

 

Pandangan tersebut terkait dengan ideologi yang diyakini Muslim. Mereka juga melakukan survei kepada partai sayap kanan dan kiri terkait pandangan mereka terhadap Muslim. Pandangan negatif mereka lebih terasa di Jerman, Italia, dan Yunani.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler