IAKMI: Pelacakan kasus Covid-19 di Keluarga Harus Diperkuat
Penguatan pelacakan kasus di keluarga dan masyarakat bisa lewat kampung tangguh
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan Covid-19 di Tanah Air masih tinggi. Keluarga dan masyarakat diharapkan memiliki kontribusi dalam mencegah Covid-19, sebab klaster keluarga kini banyak bermunculan.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengatakan, Covid-19 jadi ancaman riil bagi Indonesia termasuk setiap keluarga di negara ini. Sebab, kasus terbanyak terjadi pada usia aktif 15-24 tahun sampai 45-54 tahun.
"Artinya usia aktif dan produktif paling banyak, memang klaster keluarga belum muncul angkanya tetapi ini menjadi salah satu klaster terbanyak sekarang ini. Ini yang menjadi catatan," ujarnya saat mengisi konferensi virtual Republika dengan tema Peran Keluarga dalam Pencegahan Covid-19, dilihat Jumat (29/1).
Oleh karena itu, masyarakat dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), terutama level individu dan keluarga diharapkan bisa mencegah Covid-19. Menurutnya, upaya saat ini yang bisa dilakukan adalah mencegah, alasannya kalau menunggu terinfeksi maka menjadi masalah.
Sebab, dia menambahkan, penemuan kasus Covid-19 bukan tanpa masalah. Ia menyontohkan, tes polymerase chain reaction (PCR) dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi virus dan hasilnya diharapkan bisa segera diketahui supaya kasus mudah ditemukan.
Selain itu semakin cepat kasus ditemui maka semakin jelas kondisi orang yang terinfeksi virus ini. Bahkan bila dibutuhkan, hasil tes telah diketahui H+1 sehingga jika terinfeksi, pasien bisa langsung diisolasi.
Sebaliknya, kalau hasil baru diketahui dan ditemukan di hari ketujuh kemudian, ia khawatir kondisi orang yang terinfeksi virus ini bisa berat. Kemudian, pasien harus mendapatkan pengobatan di fasilitas kesehatan.
"Jadi, jangan hanya heboh di makro, pusat pemerintahan tetapi ujungnya masyarakat bisa tidak dalam kehidupan sehari-hari melakukan intervensi, ini termasuk dalam rumah tangga dan keluarga," ujarnya.
Ia berharap masyarakat dan keluarga bisa ikut mencegah, mendeteksi, dan melacak penularan Covid-19. Oleh karena itu, pelacakan dan penguatan bisa dilakukan di masyarakat dan keluarga, bahkan rukun tetangga (RT)/rukun warga (RW).
Ia berharap kampung tangguh, keluarga tangguh bisa dibentuk yang bisa melakukan tindakan supaya Covid-19 tidak menyebar kemana-mana. Ini termasuk masyarakat tahu dan menerapkan gerakan protokol kesehatan (prokes) 5M yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Selain itu, membiasakan hidup bersih dan sehat hingga meninggalkan rokok. Sementara di lingkup keluarga, dia melanjutkan, anggota keluarga bisa melakukan pesan ibu melakukan prokes 5M.
Kemudian keluarga bisa memenuhi kebutuhan rasa cinta, jasmani, rohani, keamanan, akal, psikologis, dan sosial. Kemudian edukasi mewujudkan keluarga yang berperilaku hidup bersih dan sehat, kemudian jadikan rumah dan kehidupan rumah yang sehat, mulai dari rumah, ventilasi udara, memperkuat rohani sehingga membuat betah penghuninya.
Ia juga meminta keluarga mengoptimalkan kerja dari rumah (WFH) dan hindari mobilitas bukan prioritas, kemudian menyiapkan deteksi sederhana yaitu termometer, tensimeter, hingga pulse oximeter. Yang tidak kalah penting, dia melanjutkan, keluarga juga melakukan identifikasi, perilaku berisiko, pencegahan dini, dan pendisiplinan. Kemudian, dia melanjutkan, keluarga bisa mewaspadai gejala terkait jika sakit bisa beristirahat dan bila perlu lakujan isolasi mandiri kemudian bersiap berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
"Terakhir, membangun komunikasi dalam keluarga, dengan tetangga, ketua RT/RW untuk koordinasi dan kerja sama," katanya.
Dengan melakukan upaya pencegahan di level keluarga dan masyarakat, diharapkan tidak ada Covid-19 lagi di keluarga dan masyarakat.