INA Diharapkan Jadi Game Changer Ekonomi Indonesia

INA juga akan menjalin kerja sama dengan lembaga investasi global.

Tim Infografis Republika.co.id
Lembaga pengelola investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF).
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo meyakini Lembaga Pengelola Investasi (LPI) Indonesia Investment Authority atau INA akan menjadi katalisator untuk menyampaikan kepada komunitas investor global bahwa Indonesia sedang mengubah pandangan dan sikapnya terhadap investasi langsung internasional.

Baca Juga


Kartika menilai kehadiran INA pertanda pergerakan ekonomi Indonesia yang lebih terbuka terhadap akses investasi dengan menberikan kepastian hukum dan politik.

"Kami berharap ini benar-benar menjadi game changer, menurut saya transformasi iklim investasi Indonesia, kami benar-benar akan menjadi game changer dalam beberapa tahun mendatang," ujar Kartika dalam Mandiri Investment Forum 2021 di Jakarta, Rabu (3/2).

Untuk mewujudkan hal tersebut, Kartika mengatakan perlunya upaya memastikan adanya stabilitas investasi jangka panjang yang dapat menjamin. Hal ini guna menciptakan keseimbangan kepentingan pemerintah dan kepentingan komersial dari investasi tersebut.

Kartika menyebut Indonesia sangat presisi, baik dari sisi pertumbuhan penduduk hingga profil pembeli meski masih memiliki tantangan terkait kepastian hukum, risiko politik, dan stabilitas investasi jangka panjang. Kartika menilai adanya kepastian hukum dan iklim investasi yang baik akan mampu menghapus keraguan para investor.

"Kita harus yakinkan bahwa Anda (investor) akan memiliki dasar hukum yang kuat, jaminan risiko politik karena bekerja sama dengan pemerintah untuk mematikan stabilitas jangka panjang. Kami berharap dapat menjadi game changer dalam memindahkan FDI ke aset di Indonesia," ucap Kartika.

 

Kartika meyakini keberlangsungan INA akan panjang mengingat dukungan dari sisi peraturan hingga prinsip kehati-hatian dalam proses operasional lembaga. Kartika menilai keberpihakan pemerintah dalam membuat peraturan terkait INA akan mampu menguatkan lembaga ini untuk masa yang akan fatangt. 

"Oleh karena itu dari segi politik tidak mudah untuk berubah di masa depan dan juga jika ada pergantian pemerintahan, saya kira lembaga ini akan berumur lebih panjang," lanjut Kartika.

Kartika menambahkan, INA juga akan menjalin kerja sama dengan lembaga investasi global. Kerja sama tersebut, dia sampaikan, akan memberi banyak masukan dalam perbaikan iklim investasi dalam negeri.

Menurut Kartika, pemerintah akan selalu mencari pandangan yang seimbang antara kepentingan nasional dengan kepentingan komersial investor bisa sama-sama tercapai. "Sehingga kami juga dapat memastikan kepentingan pemerintah dan kepentingan investor komersial adalah keseimbangan yang tercermin dalam kesepakatan tersebut," ungkap Kartika.

Meski terbuka dalam investasi, Kartika menegaskan pemerintah tetap akan mempertahankan kontrol untuk aset-aset strategis. Kartika mengatakan investor swasta juga harus mampu menciptakan nilai dan mencapai target yang diharapkan dari penciptaan nilai tersebut.

Kartika menilai hal ini merupakan tantangan bagi Indonesia untuk menciptakan nilai bersama demi memastikan tercapainya kepentingan negara dan juga kepentingan investor.

"Saya pikir sebagian besar investor akan mulai melihat langsung ke aset dan tingkat perlindungan, hingga ke tingkat aset setelah sepenuhnya pengelolaan dilaksanakan. Dengan memiliki kesuksesan awal ini. Kami berharap kami dapat menempatkan lebih banyak aset di masa depan," tutur Kartika menambahkan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler