Ekonomi Global Memulih, Ekspor Jepang Kembali Naik

PDB kuartal IV 2020 menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh lebih cepat dari perkiraan awal

EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Kendaraan baru untuk ekspor diparkir di sebuah pelabuhan di Yokohama, Jepang, 08 Desember 2020 (dikeluarkan 16 Desember 2020). Ekspor Jepang mencatatkan kenaikan pada Januari 2021, dipimpin oleh lonjakan permintaan dari China.
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Ekspor Jepang mencatatkan kenaikan pada Januari 2021, dipimpin oleh lonjakan permintaan dari China. Sentimen produsen juga berubah positif untuk pertama kalinya sejak 2019, menandakan pemulihan bertahap dari kemerosotan mendalam akibat virus corona sepanjang 2020.

Baca Juga


Pesanan terhadap mesin inti, indikator belanja modal yang tidak stabil namun utama, tidak terduga mengalami kenaikan pada Desember. Realisasi ini menjadi tanda yang menggembirakan untuk pemulihan yang dipimpin oleh sektor swasta, bahkan ketika pembatasan aktivitas kembali diberlakukan untuk menahan penyebaran virus.

Terlepas dari indikator optimistis, analis tetap memperingatkan bahwa momentum pemulihan ekonomi Jepang dapat terhenti. Pasalnya, pembuat kebijakan harus berjuang untuk menyeimbangkan kebutuhan untuk menahan virus dengan kebutuhan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi sekaligus memperbaiki keuangan Jepang.

Ekonom senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, Hiroshi Miyazaki menjelaskan, pemilihan ekonomi berpotensi terhenti pada kuartal ini. Tapi, pelaksanaan vaksinasi yang merata dan cepat dapat mengurangi risiko ini.

"Ketidakpastian tetap tinggi untuk ekspor dan pesanan mesin karena penundaan vaksinasi," ujarnya, dilansir di Reuters, Rabu (17/2).

Indikator tersebut mengikuti data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal keempat yang menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan. Ekonomi China yang cepat dinilai membantu perekonomian Jepang dalam peningkatan ekspor dan belanja modal.

 

Data Kementerian Keuangan pada Rabu menunjukkan, ekspor naik 6,4 persen pada Januari dibandingkan tahun sebelumnya, menyusul kenaikan dua persen pada Desember. Data ini sejalan dengan peningkatan 6,6 persen yang diprediksi para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

Berdasarkan wilayah, ekspor ke Cina yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang, melonjak 37,5 persen, pada Januari. Kenaikan ini terbesar sejak April 2010, didominasi permintaan peralatan pembuatan chip, plastik dan logam nenferrous.

Sedangkan, pengiriman ke Amerika Serikat (AS) turun 4,8 persen, dikarenakan penurunan permintaan pesawat terbang, motor dan suku cadang mobil.

Menggambarkan permintaan domestik yang lemah, kinerja impor turun 9,5 persen pada Januari, jauh lebih dalam dibandingkan perkiraan median, enam persen. Secara total, neraca perdagangan menjadi defisit 323,9 miliar yen atau 3,05 miliar dolar AS.

Para analis memperkirakan, ekonomi Jepang berkontraksi pada kuartal saat ini. Sebab, konsumsi pada sektor jasa terpukul dengan keadaan baru dari pembatasan darurat yang dikeluarkan bulan lalu dan akan berlangsung hingga Maret.

Data terpisah dari Kantor Kabinet menunjukkan, pesanan mesin inti naik 5,2 persen pada Desember dibandingkan bulan sebelumnya. Pesanan ini digunakan sebagai indikator belanja modal untuk enam hingga sembilan bulan ke depan,

Di tengah indikator yang positif, survei Kantor Kabinet memperlihatkan, produsen memperkirakan pesanan ini turun 8,5 persen pada Januari-Maret. Sebelumnya, angka ini sempat naik 16,8 persen pada kuartal keempat tahun lalu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler