Epidemiolog Minta Pemerintah tidak Gaungkan Toxic Positivity
'Toxic positivity seperti racun akibat informasi positif terus-menerus disampaikan.'
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Ahli Epidemiologi Lapangan Fakultas Kedokteran Univeritas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, dr Yudhi Wibowo MPH, meminta pemerintah atau pihak terkait tidak hanya menggaungkan informasi positif menyangkut wabah Covid 19. Dia menyebutkan, informasi tidak berimbang yang disampaikan dalam penanganan Covid 19 tersebut, bisa menjadi toxic positivity.
"Toxic positivity ini seperti racun yang timbul akibat informasi positif yang terus menerus disampaikan. Masyarakat yang terus menerus menerima informasi positif terkait pandemi, menjadi tidak peduli terhadap pandemi. Mereka menganggap, pandemi Covid sebagai hal yang biasa saja," kata dia, Ahad (21/2).
Dia menyebutkan, salah satu informasi positif yang sering digaungkan pihak terkait, antara lain informasi mengenai angka kesembuhan yang disebutkan semakin meningkat. Di wilayah Banyumas Raya, Yudhi menyebutkan, tingkat kesembuhan kasus Covid 19 memang cukup tinggi.
Ia menyebutkna, tingkat kesembuhan di Banyumas Raya berada di rentang 80,9 persen hingga 90 persen. Tingkat kesembuhan terendah terjadi Banjarnegara yang hanya 80,9 persen, dan tertinggi di Kabupaten Purworejo mencapai 90,7 persen.
"Tingkat kesembuhan di Kabupaten Banyumas, masuk kategori menengah, sekitar 85,8 persen," kata dia.
Namun untuk mengurangi terjadinya fenomena toxic positivity, pemerintah atau pihak juga perlu mengimbangi dengan fakta bahwa tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) juga masih sangat tinggi. Dari data di Banyumas Raya, Yudhi menyebutkan, CFR di wilayah Banyumas Raya berkisar antara 4,71 persen hingga 5,53 persen.
CFR terendah terjadi di Kabupaten Banjarnegara sekitar 4,71 persen, Banyumas 5,07 persen, dan Kabupaten Wonosobo mencapai 5,53 persen. "Sebanyak 7 kabupaten di Banyumas Raya, memiliki CFR di atas CFR nasional 2,72 persen dan CFR global 2,19 persen. Ini menunjukkan, angka kematian di seluruh wilayah Banyumas Raya, masih jauh di atas angka nasional dan global," katanya.
Fenomena toxic positivyty ini, menurut Yudhi, masih ditambah lagi dengan lagi dengan isu tentang bagaimana menyelamatkan perekonomian. "Jika toxic positivity dan isu penyelamatan ekonomi ini terus menerus digaungkan, sudah pasti akan menjadi kontraproduktif bagi upaya penanggulangan Covid-19," kata dia.
Untuk itu, dia berharap agar pihak terkait lebih memilih menggaungkan informasi mengenai pandemi Covid-19 yang hingga kini belum dapat dikendalikan. "Dengan demikian, informasi yang disampaikan pada masyarakat menjadi lebih berimbang, dan semua pihak bisa mengevaluasi diri dalam upaya pencegahan terjangkit Covid 19," kata dia.