Tidur Kurang dari 5 Jam Sehari Picu Demensia dan Kematian
Pentingnya tidur terus diteliti oleh para ilmuwan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pentingnya tidur terus diteliti oleh para ilmuwan. Bagi orang dewasa yang lebih tua, dampak kurang tidur bisa menyebabkan risiko demensia lebih tinggi, bahkan kematian.
Hampir enam juta orang dewasa hidup dengan penyakit Alzheimer atau bentuk lain dari demensia di Amerika Serikat (AS) saja. Diperkirakan pada 2050, sekitar 16 juta orang dewasa di AS akan hidup dengan Alzheimer.
Para peneliti yang berbasis di Brigham and Women's Hospital dan Boston College menerbitkan temuannya mengenai bagaimana kurang tidur dapat dikaitkan dengan demensia dan kematian dalam jurnal Aging bulan ini. Kelompok itu menganalisis data dari National Health and Aging Trends Study (NHATS), yang terdiri dari individu memenuhi syarat Medicare berusia 65 tahun ke atas di Amerika Serikat.
Survei longitudinal itu mencakup pertanyaan mengenai durasi tidur (jumlah jam per malam), latensi tidur (berapa lama, rata-rata, waktu yang dibutuhkan untuk tertidur setiap malam), serta apakah seseorang perlu tidur siang atau tidak di siang hari. Pertanyaan juga termasuk ada atau tidaknya kesulitan fokus pada siang hari, demensia, dan semua penyebab kematian selama masa studi lima tahun?
Para peneliti studi mengekstrak data dari 2.810 orang dewasa (usia rata-rata adalah 76 tahun) dari populasi penelitian untuk menilai hubungan antara gangguan tidur, demensia, dan semua penyebab kematian. Dilansir Forbes, Senin (22/2), peneliti menemukan bahwa orang yang tidur lima jam per malam atau kurang, ternyata memiliki risiko dua kali lipat lebih besar terkena demensia daripada mereka yang melaporkan tidur tujuh hingga delapan jam per malam.
Baca juga : 8 Kebiasaan Ini Bikin Cepat Tua
Mereka yang membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tertidur setiap malam memiliki risiko 45 persen lebih besar terkena demensia. Mereka yang melaporkan kurang tidur, serta kebutuhan untuk tidur siang setiap hari, atau kesulitan tetap waspada di siang hari juga mengalami peningkatan dalam semua penyebab kematian selama periode lima tahun.
Sebaliknya, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kualitas dan durasi tidur yang lebih baik terkait dengan insiden demensia dan kematian yang lebih rendah. Sebuah studi pada 2018 yang diterbitkan dalam Journal of American Geriatrics Society mengikuti 1.517 orang dewasa Jepang berusia 60 tahun dan lebih selama periode 10 tahun.
Mereka menemukan bahwa orang dewasa yang tidur antara lima hingga 6,9 jam per malam memiliki insiden demensia dan kematian yang lebih rendah selama masa studi. Tidur sering diremehkan sebagai komponen penting untuk tetap sehat.
Gangguan tidur, termasuk insomnia (kesulitan atau ketidakmampuan untuk tidur) terlihat pada sepertiga orang dewasa, sleep apnea atau mendengkur, sindrom kaki gelisah, narkolepsi, dan hampir 100 diagnosis terkait tidur tambahan. Mereka yang menderita gangguan neurologis memiliki insiden masalah tidur yang lebih tinggi.
Jadi, seperti yang terjadi pada dua studi di atas, masih sulit untuk mengungkap kausalitas versus korelasi. Selain itu, individu dengan gangguan tidur seperti obstructive sleep apnea lebih mungkin mengembangkan masalah kardiovaskular, obesitas, dan diabetes tipe-2.
Data dari berbagai penelitian menunjuk pada hubungan antara tidur yang lebih baik dan kesehatan yang lebih baik. Karena sebab dan akibat antara tidur dan kesehatan otak dan umur panjang tetap sulit untuk dibuktikan. Studi lebih lanjut dan perhatian pada tidur, serta menilai dan mengobati gangguan tidur selama masa dewasa harus menjadi masalah yang ditangani pada populasi yang menua.