Masjid di Prancis Dirusak dengan Coretan Islamofobia
Kantor Kejaksaan Strasbourg menyebut seorang pria 21 tahun telah ditahan polisi.
REPUBLIKA.CO.ID, STRASBOURG -- Organisasi Muslim Prancis mengecam keras tindakan vandalisme di masjid yang sedang dibangun di Strasbourg, Prancis. Terlebih coretan-coretan itu bertuliskan kata-kata Islamofobia.
Kata-kata, "Tidak untuk Islam, kembali ke desa Anda" disemprotkan di pagar situs Masjid Sultan Eyyub, yang setelah selesai akan menjadi tempat ibadah Muslim terbesar di Eropa. Dalam sebuah pernyataan video, Konfederasi Islam Milli Gorus (CIMG), kelompok yang mengawasi pembangunan masjid, menyatakan kekecewaannya atas pesan Islamofobia dan rasis tersebut.
"Tidak ada kerusakan material tetapi simbolismenya kuat," kata sebuah tweet dari situs resmi masjid.
“Namun, insiden ini mencerminkan iklim merusak yang dialami Prancis saat ini. Memang, meremehkan ucapan yang menargetkan Muslim dalam wacana media merendahkan musuh yang hidup bersama,” ujarnya.
Kantor Kejaksaan Strasbourg menyebut seorang pria berusia 21 tahun telah ditahan oleh polisi dan mengaku telah melakukan vandalisme. Dia dibebaskan sebelum aksi berikutnya setelah mengaku bersalah. Sementara motif atau maksud di balik vandalisme tersebut masih belum diketahui.
Dilansir di Anadolu Agency, Selasa (23/2), CIMG mengatakan dalam beberapa pekan terakhir telah menerima beberapa pesan ancaman, yang gagal ditanggapi oleh pihak berwenang. Vandalisme baru-baru ini mendapat kecaman luas oleh badan-badan nasional seperti Dewan Ibadah Muslim Prancis (CFCM) dan Union of Mosques (UMF).
Pengurus Masjid Agung Strasbourg mengatakan tindakan kebencian dan intoleransi yang hina. "Ini bertujuan untuk memecah belah komunitas nasional dan mengadu domba komunitas agama satu sama lain, sementara mereka hidup dalam harmoni yang sempurna," katanya dalam sebuah pernyataan.