Terapi Oksigen Hiperbarik Diklaim Baik Bagi Pasien Covid-19
Dokter spesialis menyebut terapi oksigen hiperbarik bantu penyembuhan pasien Covid-19
REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Terapi Oksigen Hiperbarik merupakan salah satu metode pengobatan melalui proses oksigen murni di dalam ruangan khusus bertekanan udara tinggi. Dr.dr Mendy Habitie Oley SpBP-RE ( k) dari Siloam Hospitals Manado menyatakan, pada prinsipnya terapi pengobatan membantu kinerja organ tubuh guna memperbaiki jaringan yang rusak dengan meningkatkan kapasitas aliran oksigen murni ke jaringan tubuh.
Dokter Mendy menjelaskan, dalam pengembangan fungsi lainnya, Terapi Oksigen Hiperbarik ini mampu membantu penyembuhan bagi pasien yang terpapar virus corona termasuk penyakit lainnya. "Seperti decompression sickness, infeksi kronis, diabetes, luka terbakar, penyakit pendengaran, Migrain, Neuro, cancer dan lainnya," ucap dia berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (1/3).
Namun, ia mengingatkan untuk memperhatikan kondisi pasien sebelum menjalani terapi. Misalnya, fobia akan ruangan tertutup, asma, demam, Paru kronis, kelainan sel darah merah, gangguan pada Tuba Eustachius, dan pneumothorax yang belum terobati
Terapi Hiperbarik Pasien Covid-19
Covid 19 oleh Virus ( Sars - Cov 2) yang di transmisi atau penularannya terutama melalui " droplet" respirasi, dengan berbaagai gejala, mulai dari orang tanpa gejala, ringan, sedang, berat yang mana disertai pneumonia berat hingga kritis. "Berdasarkan hal tersebut, Terapi Oksigen Hiperbarik salah satu cara atau bagian farmakologis, yaitu pemberian Instalasi oksigen dengan konsentrasi 100 persen pada tekanan lebih dari 1 atmosfer absolut ( 1.5 - 3.0 ATA)," sambut dokter spesialis dalam Siloam Hospitals Manado, dr Christian Kawengian Sp.PD., sebagai narasumber kedua dalam edukasi webinar kesehatan Siloam Hospitals Manado yang diikuti 300 peserta dari berbagai profesi.
Dokter Christian menjelaskan berdasarkan studi kasus yang dilakukan, bahwasannya Terapi Oksigen Hiperbarik pada pasien terpapar Covid 19 mampu menghasilkan beberapa hal. Seperti peningkatan Oksigenasi jaringan, anti inflamasi, modulasi "stem cell", efek anti platelet/ anti trombotik dan penurunan jumlah virus akibat ROS.
"Sementara selama terapi tersebut yang dipantau adalah EKG, Okumetriz, temperatur, tekanan darah, POZ, tekanan Cuff ETT dan tentunya AED dan paddle atau efek terbakar," tuturnya.
Dokter spesialis penyakit dalam Siloam Hospital Manado ini pun menyampaikan bahwa ada efek samping yang harus diperhatikan dari terapi ini. Bisa berupa pulmonar atau Iritasi takeobronkial dan neurologis yaitu gangguan visual, telinga berdenging, pusing, disorientasi, kejang, hingga menjaga agar pasien tidak mengalami penurunan kesadaran.