Benarkah Trump Buat Partai Baru? Ini Jawabannya

Trump menyebut kemungkinannya untuk kembali maju pada Pilpres AS selanjutnya.

AP
Mantan Presiden AS, Donald Trump
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan tidak memiliki rencana untuk membentuk partai politik baru. Namun, sebagai gantinya dia berjanji untuk menyatukan Partai Republik yang telah terpecah setelah para pendukungnya menyerbu Gedung Capitol AS.

Dalam pidato besar pertamanya sejak dia meninggalkan Gedung Putih bulan lalu, Trump mengatakan Partai Republik akan bersatu dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. “Saya tidak membuat partai baru. Itu berita bohong,” kata Trump kepada massa di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC), dikutip dari Aljazirah, Senin (1/3).

Dia menyatakan, Partai Republik akan bersatu dan kuat tidak seperti sebelumnya. Partainya dia sebut akan menyelamatkan dan memperkuat AS dan melawan serangan radikalisme, sosialisme. Semua itu ia sebut mengarah pada komunisme.

Trump pada kesempatan itu kembali mengulangi klaim salahnya dengan menyebut pemilihan presiden November 'dicuri' darinya. Dia juga mengisyaratkan akan adanya kemungkinan pencalonan presiden berikutnya

"Mereka baru saja kehilangan Gedung Putih," kata Trump. "Tapi siapa tahu, siapa tahu, saya bahkan mungkin memutuskan untuk mengalahkan mereka untuk ketiga kalinya," sambung dia.

Para pendukung Trump mendominasi konferensi yang diadakan di Florida itu. Sebagai pertemuan tahunan Partai Republik dan konservatif terbesar di negara itu, CPAC biasanya menunjukkan arah Partai Republik dan para pendukungnya.

Jika pada pertemuan sebelumnya kegiatan itu menjadi forum untuk debat antara koalisi konservatif AS yang luas, peserta pertemuan tahun ini mengabdikan akhir pekannya untuk mengungkapkan komitmen mereka kepada Trump. Mereka juga menegaskan dominasi Trump yang berkelanjutan terhadap partai.

Perpecahan yang dalam telah muncul di dalam Partai Republik setelah terjadinya pemberontakan Capitol pada 6 Januari lalu. Selain itu, penyebab lainnya ialah klaim palsu yang dikeluarkan Trump dan pendukungnya bahwa pemilihan tersebut dirusak oleh penipuan pemilih yang meluas secara berpekan-pekan.

Trump sempat dimakzulkan di Dewan Perwakilan Rakyat AS karena "menghasut pemberontakan" sehubungan dengan kerusuhan tersebut. Namun kemudian dia dibebaskan di Senat AS.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler