Airlangga: Isra Mi'raj Momen Merawat Kepercayaan Antarsesama

Persatuan dan saling percaya antarumat dibutuhkan melawan pandemi Covid-19.

Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama istri Yanti Airlangga
Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan peringatan Isra Mi'raj 1442 H menjadi sebuah momentum merawat keyakinan umat kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Peristiwa perjalanan Rasullulah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga menuju Sidratul Muntaha, mengingatkan seluruh umat Islam tentang keyakinan.

Sebab, perjalanan yang tidak terhitung jaraknya itu hanya ditempuh dalam waktu satu malam. Menurut Airlangga, tanpa iman, seseorang tidak mungkin mempercayai peristiwa yang membuat Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat lima waktu itu.

"Bayangkan, di era sekarang saja, hal itu tidak bisa dijangkau dengan teknologi, bagaimana dengan zaman Nabi Muhammad SAW dahulu. Tanpa iman, tak ada yang akan percaya pada cerita peristiwa Isra Mi'raj,” tutur Airlangga, Sabtu (13/3).

Ia mengatakan, peristiwa perjalanan Nabi Muhammad tersebut memberi keyakinan untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, dan rasulnya Muhammad SAW. Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas umat muslim, dalam kondisi saat ini diharapkan peringatan Isra Mi'raj menjadi pengingat seluruh umat muslim di Indonesia untuk saling percaya antarsesama.

“Semoga hikmah Isra Mi'raj masyarakat saling merawat kepercayaan, sehingga terus terjaga persatuan diantara umat beragama, kerukunan yang semakin erat dalam bermasyarakat dan bernegara,” ujar Airlangga.

Ketua Komite Penangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) ini menilai, persatuan dan rasa saling percaya ini sangat dibutuhkan saat ini. Terutama bagi pemerintah untuk memerangi pandemi Covid-19 yang hampir setahun melanda Indonesia. Airlangga mengimbau, masyarakat untuk terus aktif berpartisipasi menyukseskan upaya penanganan pandemi.

“Patuh protokol kesehatan, disiplin 3M, berpartisipasi dalam program vaksinasi nasional, serta disiplin mengikuti aturan PPKM,” tegasnya.

Berdasarkan catatan KPC-PEN, penerapan PPKM berhasil menurunkan tren kasus positif di Indonesia. Bahkan, pada Rabu (10/3) kemarin, terjadi rekor kasus positivity rate dengan hanya mencatatkan angka sebesar 9,14 persen. Terakhir, catatan positivity rate di bawah 10 persen terjadi pada 13 Oktober tahun lalu dengan 9,76 persen. Dari positivity rate 9,14 persen itu, jumlah penambahan kasus positif di Indonesia tengah pekan kemarin sebanyak 5.633 orang dari 93.016 pemeriksaan spesimen terhadap 61.625 orang.

“Jika kondisi ini terus berlanjut, didukung kerja sama seluruh masyarakat disiplin protokol kesehatan dan penerapan PPKM yang ketat di tiap wilayah, Indonesia dapat segera keluar dari pandemi Covid-19,” tutur Airlangga.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler