FA Pastikan Pemain Inggris tak Dihukum Bila Berlutut

Pemain Inggris masih ingin berlutut sebelum kick-off dalam gerakan Black Lives Matter

John Walton / POOL/PA POOL
Aksi berlutut sebelum kick-off mendukung gerakan Black Lives Matter.
Rep: Eko Supriyadi Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemain tim nasional Inggris tidak akan mendapatkan sanksi jika berlutut sebelum pertandingan kualifikasi Piala Dunia. Hal tersebut dipastikan oleh Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) usai menerima jaminan dari FIFA. 

Baca Juga


Tiga pertandingan melawan San Marino, Albania dan Polandia, akan jadi pertandingan pertama di bawah FIFA, sejak mulai berkampanye dalam gerakan Black Lives Matter akhir September lalu. Aksi menentang rasialisme ini diwujudkan berlutut sebelum kick-off.

Gestur tersebut sebanarnya melanggar aturan FIFA. Dalam aturan FIFA, aksi berlutur dianggap sebagai upaya pemain melakukan gerakan politik, agama atau pernyataan pribadi. Namun, dikutip dari Daily Mail, Selasa (23/3), badan tertinggi sepak bola tersebut mengendurkan posisi mereka menyusul kematian George Floyd musim panas tahun lalu. FIFA meminta penyelanggara kompetisi menggunakan hati nurani saat menerapkan aturan.

Meski demikian FA tetap menginginkan klarifikasi dari FIFA, karena pemain Inggris ingin terus melakukan kampanye dukungan untuk melawan rasialisme saat kunjungan San Marino ke Wembley. Bek Inggris Tyrone Mings menegaskan akan tetap berlutut, meskipun mendapat kritik karena menilai gestur tersebut tak memberikan dampak apa-apa.

Mings menyebut gestur ini masih punya kekuatan dan tak boleh dihilangkan. Walaupun ada argumen yang substansial mengapa aksi ini harus dihentikan. 

"Ini demonstrasi untuk ketidakadilan, aksi berbeda dari yang dirasakan dalam sepak bola. Kami telah menyatukan olahraga dalam pesan anti-rasialisme saat prapertandingan," ujar Mings. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler