Tokoh Muslim: Inggris Bisa Bernasib Seperti Prancis
Perdana menteri Inggris diperingati oleh para pemimpin komunitas Muslim.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON—Para pemimpin komunitas Muslim Inggris memperingati Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahwa negara itu bisa bernasib sama seperti Prancis, menyusul kontroversi rasisme yang menewaskan Samuel Patty setelah diklaim menghina Nabi Muhammad.
Insiden serupa terjadi di Batley Grammar School, West Yorkshire, di mana seorang guru menghina Nabi Muhammad di depan anak-anak didiknya, dan memantik respon tegas pada pemimpin Muslim yang memintanya menghormati Islam dan menuntut agar guru tersebut diberhentikan.
Adil Shahzad, imam Institut Al-Hikam di Bradford, mengatakan bahwa dalam surat yang menguraikan perasaan komunitas Muslim Inggris akan dikirim ke Johnson dan beberapa anggota parlemen lokal. “Yang kami minta hanyalah sedikit rasa hormat. Jika satu guru dapat melakukannya, guru lain dapat melakukannya lima tahun ke depan, dan kami tidak ingin ini menjadi kasusnya. Jika tidak, kami tidak bertanggung jawab atas tindakan beberapa individu,” kata dia yang dikutip di Arab News, Senin (29/3).
Beberapa orang tua Muslim juga mengancam akan memindahkan anak-anak mereka ke sekolah Islam jika guru yang menjadi pusat kontroversi tetap di posisinya. Shahzad menambahkan, “Kami berharap sekolah akan melakukan hal yang benar dan memberikan preseden yang tepat.”
Para pegiat Muslim telah berjanji untuk terus melakukan protes di luar sekolah sampai gurunya dipecat. Guru yang menunjukkan gambar kontroversial itu, dilaporkan sebagai kartun dari majalah Prancis Charlie Hebdo, adalah ayah dari empat orang anak.
Dia kini telah ditempatkan di bawah perlindungan polisi dan tetangga mengatakan bahwa keluarganya tidak terlihat sejak Kamis, ketika protes dimulai. Salah satu tetangganya, Jamal Alterk, mengatakan bahwa dia rukun dengan keluarganya. Mereka baik-baik saja.
“Saya pikir apa yang terjadi bukanlah dengan niat atau rasisme apapun atau semacamnya. Kami Muslim. Saat Idul Fitri mereka memberi kami kartu Idul Fitri untuk anak-anak, dan bahkan manisan, manisan halal untuk anak-anak. Dia mungkin tidak sadar bahwa kartun itu bisa menyinggung,” ujarnya.
Tetangga lain berkata, “Saya tidak berpikir dia akan melakukan apa pun untuk menghina siapa pun. Kami Muslim, dan mereka adalah keluarga yang sangat baik.”
Para pengunjuk rasa yang berdemonstrasi di luar sekolah bukan hanya orang tua wali, tetapi juga orang-orang yang datang dari dekat Leeds dan Rochdale. Shahzad mengatakan bahwa tokoh Muslim setempat telah mencoba meredakan ketegangan tersebut.
“Kami memastikan tidak ada yang melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab, bahwa kami tidak menyebarkan kebencian, bahwa kami tidak menyebarkan kekerasan dan bahwa kami melakukannya dengan cara yang damai, sesuai dengan hak demokrasi kami,” ujarnya.
Anak-anak sekolah dilaporkan diperlihatkan gambar nabi dengan sorban dan bom diikatkan di sekelilingnya, kata Farooq Hussain, seorang orang tua wali.
“Jika mereka tidak melakukan apa-apa, saya harus memindahkan anak saya keluar dari sini. Banyak orang tua mungkin akan melakukan itu. Kami memiliki sekolah sendiri yang juga mengajarkan semua yang mereka ajarkan - sekolah Islam,” tegasnya.
Orang tua lainnya, Muhammad, 40 tahun, mengatakan bahwa dia tidak menyalahkan sekolah, tetapi dia ingin masalah itu “ditanggapi dengan serius.