Puluhan Rumah Rusak Akibat Angin Puting Beliung di Bandung

Dua bangunan sekolah yaitu SD Ciburial dan SMP 2 Cimenyan mengalami kerusakan.

ANTARA/Raisan Al Farisi
Sebuah rumah ambruk akibat bencana angin puting beliung yang melanda Desa Ciharalang, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ahad (28/3/2021). Warga setempat mengatakan ratusan rumah dan 15 kios rusak ringan hingga berat akibat bencana tersebut.
Rep: Muhammad Fauzi Ridwan Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Angin puting beliung yang terjadi Ahad (28/3) sore saat hujan deras di Kabupaten Bandung menyebabkan puluhan rumah di Desa Mekarsaluyu dan Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan terkena dampak dan mengalami kerusakan. Beberapa ruas jalan sempat tertutup pohon yang tumbang.


Kepala Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Akhmad Djohara mengatakan hujan deras disertai angin puting beliung menyebabkan puluhan material bangunan rumah dan warung di jalan utama terbawa angin. Selain itu, beberapa pohon tumbang membuat akses jalan terhambat.

"Warga terdampak saat ini mulai membersihkan puing-puing dan beberapa di rumah keluarga (mengungsi) dan tetangganya," ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (29/3).

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Bandung, hingga Ahad (28/3) pukul 24.00 WIB, jumlah rumah rusak akibat puting beliung di RW 03, 109 rumah. RW 04, 11 rumah. RW 05, 17 rumah. RW 6, 22 rumah dan di RW 7, 2 unit mobil tertimpa pohon.

Selain itu, dua bangunan sekolah yaitu SD Ciburial dan SMP 2 Cimenyan mengalami kerusakan. Juga kantor desa, masjid dan lahan pertanian. "Korban luka-luka lima orang," katanya.

Di Desa Cimenyan, sebanyak 90 rumah di RW 2 rusak. 28 rumah di RW 03 rusak. 4 rumah di RW 7 rusak. 2 rumah di RW 9. 3 rumah di RW 11 dan 12 rumah di RW 13.

Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Bandung menyebut penyebab angin puting beliung muncul karena adanya pembentukan awan Cumulonimbus di sekitar wilayah Cimenyan dan sekitarnya. Selain itu, kondisi kelembapan yang cenderung basah pada ketinggian kurang lebih 3 km di atas permukaan laut mendukung pembentukan awan-awan hujan.

"Faktor regional, adanya daerah akan memasuki periode transisi atau pancaroba, ditandai dengan gejala cuaca yang tidak stabil dan adanya perubahan pola angin sehingga potensi hujan yang terjadi bisa disertai kilat-petir dan angin kencang atau angin puting beliung," ujar prakirawan BMKG Iid Mujtahid dalam keterangannya.

Ia melanjutkan, terdapat anomali suhu permukaan laut di perairan Jawa Barat yang masih cenderung hangat sehingga berpeluang terjadi pembentukan awan konvektif potensial hujan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler