Diam-Diam Pajak Warga AS 50 Juta Dolar untuk Kondom di Gaza? Begini Kata Gedung Putih

Gedung putih bersikap terkait pengadaan kondom untuk warga Gaza Palestina.

AP Photo/Jehad Alshrafi
Truk bantuan kemanusiaan masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom dari Mesir ke Jalur Gaza, di Rafah, Rabu, 22 Januari 2025. Jika disetujui, kondom akan disisipkan dalam bantuan kemanusiaan untuk Gaza
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintah Amerika secara diam-diam berencana mengalokasikan sebagian dari pendapatan pajak warganya sebesar 50 juta dolar untuk pengadaan kondom. Alat kontrasepsi itu rencananya akan disisipkan dalam berbagai paket bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza Palestina.

Baca Juga


Kota Gaza dikenal berpenduduk padat. Dengan luas daerah 360 kilometer persegi, kota tersebut dihuni lebih dari 2,1 juta penduduk. Setiap hari tercatat ada 180 angka kelahiran di sana. Jumlah yang tinggi. Meski angka kelahiran tinggi, angka kematian ibu dan bayi di sana terbilang rendah. Anak-anak tersebut tumbuh menjadi sumber daya insani yang membangun ekonomi daerah.

Sejumlah peneliti Barat seperti Randall menilai kelahiran dan ibu di Gaza dan Palestina pada umumnya adalah anomali. Sebab angkanya tinggi, kematiannya rendah.

Bukan tidak mungkin ada upaya menekan angka kelahiran di sana untuk mengurangi gerakan perlawanan terhadap Palestina. Sebab Israel dan pendukungnya kualahan mengadapi gerakan perlawanan Palestina, baik Tepi Barat maupun Gaza.

Bagaimana kelanjutan program tersebut?

Gedung Putih membenarkan pembekuan bantuan luar negeri AS. Hal itu dilakukan dengan menunjuk adanya program senilai 50 juta dolar untuk mendistribusikan kondom di Jalur Gaza. Juru bicara Gedung Putih Caroline Levitt mengatakan bahwa perjanjian ini ditemukan pada pekan pertama Trump menjabat sebagai presiden, terutama oleh Kementerian Efisiensi Pemerintahan baru yang dipimpin oleh miliarder Elon Musk.

Elon Musk buat salam mirip gerakan Nazi. - (Tangkapan Layar)

 

Levitt menambahkan dalam konferensi pers pertamanya bahwa inisiatif Musk dan kantor anggaran “menemukan bahwa 50 juta dolar uang pembayar pajak akan dialihkan untuk mendanai kondom di Gaza.” “Ini adalah pemborosan uang pembayar pajak yang tidak masuk akal,” tambahnya.

 

 

Aneh dan tidak wajar

Levitt tidak memberikan rincian lebih lanjut dan tidak dapat segera memverifikasi informasi tersebut secara independen. Harga kondom umumnya kurang dari satu dolar di Amerika Serikat, dan akan semakin turun jika dibeli dalam jumlah banyak. Lebih dari dua juta orang tinggal di Jalur Gaza, yang hampir hancur total selama 15 bulan perang.


Levitt juga mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mengucurkan 37 juta dolar kepada Organisasi Kesehatan Dunia sebelum Trump mengumumkan penarikan dirinya dari badan PBB tersebut. Tak lama setelah menjabat sebagai presiden AS, Trump memerintahkan pembekuan bantuan luar negeri selama 90 hari. Dia berjanji akan melakukan peninjauan untuk memastikan bantuan tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintahannya yang menentang aborsi, hak-hak transgender, dan program keberagaman.

Sebuah memo dari Menteri Luar Negeri Rubio menyatakan bahwa Amerika Serikat membekukan hampir semua bantuan kecuali makanan darurat dan bantuan militer ke Mesir dan Israel. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyatakan keprihatinannya atas pembekuan bantuan kepada Amerika Serikat, yang telah lama menjadi penyedia bantuan pembangunan terbesar di dunia.

Warga Palestina menggendong anaknya saat berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel. - (AP Photo/Jehad Alshrafi)

Serba serbi

Gencatan senjata di Gaza, Palestina, telah diterapkan pada 19 Januari 2025. Menyusul penerapan perjanjian itu, upaya pengiriman bantuan untuk mengatasi krisis kemanusiaan, pertukaran tahanan, dan pemulangan warga Gaza dari pengungsian terus berlangsung.

Di tengah upaya pemulangan warga Gaza yang mengungsi akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023, Presiden AS Donald Trump mengusulkan agar warga Gaza direlokasi ke Yordania dan Mesir. Namun, usulan tersebut mendapat penolakan dari banyak negara. Berikut adalah beberapa informasi lain terkait perkembangan situasi di Gaza pasca-gencatan senjata, dikutip dari berbagai sumber.

Ribuan warga Palestina kembali ke Gaza

Ribuan warga Palestina dari pengungsian pada Senin (27/1) mulai kembali ke Gaza utara menggunakan berbagai kendaraan melalui Koridor Netzarim, yang memisahkan wilayah selatan dan utara Gaza, menurut kesaksian warga setempat.

“Kendaraan yang membawa warga pengungsi beserta barang-barang mereka mulai melintasi Koridor Netzarim melalui Jalan Salah al-Din, setelah menjalani pemeriksaan keamanan,” kata seorang saksi mata kepada Anadolu.

Hal itu terjadi beberapa jam setelah puluhan ribu warga Palestina kembali dengan berjalan kaki melalui Jalan Al-Rashid di pesisir pantai menuju Gaza utara berdasarkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Kendaraan seharusnya mulai melewati Koridor Netzarim pada pukul 09.00 waktu setempat (14.00 WIB), tetapi perjalanan tertunda karena tim teknis yang bertugas melakukan pemeriksaan datang terlambat. Sesuai perjanjian gencatan senjata, kendaraan yang melintas di Koridor Netzarim harus melalui alat pemindai sinar-X sebelum diizinkan memasuki Gaza utara.

 

Menurut laporan media Israel, Walla, pada Kamis lalu, dua perusahaan Amerika dan satu perusahaan Mesir mengelola mekanisme tersebut guna memfasilitasi kembalinya warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara dan menjaga keamanan.

Kembalinya warga Palestina itu terjadi beberapa jam setelah Qatar memediasi kesepakatan antara Hamas dan Israel, di mana Hamas setuju untuk membebaskan tawanan asal Israel, Arbel Yehud, bersama dua tawanan lainnya, pada Jumat mendatang.

Fase pertama perjanjian gencatan senjata berlangsung selama enam pekan dan mulai berlaku pada 19 Januari.

Delegasi Hamas tiba di Mesir bahas kemajuan gencatan senjata

Gerakan perlawanan Palestina Hamas mengatakan delegasi senior yang dipimpin Ketua Dewan Syura Mohamed Darwish tiba di Kairo, Mesir, untuk membahas penerapan kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan dengan Israel. "Delegasi senior Hamas tiba malam ini di Kairo untuk kunjungan resmi," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, Senin (28/1).

Delegasi tersebut dijadwalkan bertemu dengan pejabat Mesir untuk meninjau perkembangan terbaru dalam pelaksanaan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan tiga tahap, kata Hamas dalam pernyataan itu. Kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025 itu mencakup kesepakatan tentang pertukaran tawanan Israel di Gaza dengan tahanan Palestina yang mendiami penjara-penjara Israel.

 

Pada tahap pertama perjanjian yang berlangsung selama 42 hari itu, Hamas akan membebaskan 33 tawanan Israel, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Adapun Israel secara bertahap akan membebaskan 1.700 hingga 2.000 tahanan Palestina.

Perundingan untuk dua tahap berikutnya dijadwalkan dimulai pada hari ke-16 gencatan senjata.

Hamas sebut 25 dari 33 tahanan Israel yang akan bebas masih hidup

Gerakan perlawanan Palestina Hamas telah menyerahkan daftar 33 tahanan Israel yang akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Israel, termasuk 25 orang di antaranya masih hidup. Kantor Berita Iran IRNA mengutip Reuters, Senin (27/1), menyebutkan seorang pejabat Hamas memastikan bahwa Israel telah menerima daftar tersebut.

Tel Aviv telah lama mencari informasi tentang nasib para tahanan Israel di Gaza sejak pecah perang 7 Oktober 2023 menyusul serangan lintas batas Hamas yang menewaskan 1.200 pemukim dan personel militer Israel. Dalam operasi militer itu, para pejuang Hamas dilaporkan membawa 250 warga dan personel militer Israel ke Gaza.

Tahap awal gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari itu akan berlangsung selama enam minggu. Pada setiap Sabtu, Hamas akan menyerahkan beberapa tahanan Israel untuk dipertukarkan dengan pembebasan para tahanan Palestina yang jumlahnya jauh lebih banyak. 

Sementara itu, keluarga para tahanan Israel mengingatkan agar tidak ada upaya apa pun dari kabinet Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu untuk mengganggu kesepakatan gencatan senjata tersebut.

Lebih dari 300 ribu pengungsi Palestina kembali ke Gaza utara

Selanjutnya, lebih dari 300 ribu pengungsi Palestina juga telah kembali ke Gaza Utara menyusul perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas, menurut Kantor Media Gaza, pada Senin (27/1). "Lebih dari 300.000 orang yang mengungsi dari wilayah gubernuran Gaza selatan dan tengah kembali ke Gaza dan wilayah gubernuran Gaza utara hari ini melalui jalan Rashid (barat) dan Salah al-Din (timur), setelah 470 hari," kata kantor itu dalam sebuah pernyataan.

Ratusan ribu warga sipil yang mengungsi mulai kembali ke Gaza Utara pada Senin di bawah perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara gerakan perlawanan Palestina Hamas dan Israel.

Pasukan Israel tembaki warga Gaza yang kembali ke rumah

Tank-tank pendudukan Israel pada Selasa pagi melepaskan tembakan ke sejumlah orang yang kembali ke rumahnya di lingkungan Zeitoun, Gaza selatan. Koresponden Kantor Berita Palestina WAFA melaporkan bahwa pasukan pendudukan menembaki warga saat mereka berupaya pulang ke rumahnya di sekitar Sekolah Khalil al-Nubani, di selatan Zeitoun.

 

Pasukan pendudukan juga melepaskan tembakan ke arah perbatasan timur laut Kota Khan Yunis di Jalur Gaza selatan. Sementara itu, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan telah mengevakuasi 10 jenazah yang membusuk dari berbagai tempat di sepanjang Jalan Rashid di Jalur Gaza pada Senin (27/1).

Pada hari itu para pengungsi mulai kembali dari wilayah selatan ke utara dengan berjalan kaki dari Jalan Rashid di pesisir pantai setelah menghabiskan dua malam di tempat terbuka di Jalan Rashid dan Jalan Salah al-Din. Di tengah cuaca yang sangat dingin, para pengungsi menunggu pasukan pendudukan mengizinkan mereka kembali ke rumah setelah memaksa untuk pergi dan bergeser ke selatan.

Agresi Israel di Jalur Gaza yang berlangsung selama 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025 telah mengakibatkan lebih dari 158.000 orang tewas dan terluka, yang mayoritas anak-anak dan perempuan. Lebih dari 14.000 orang juga dilaporkan hilang.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler