Penjelasan Dokter Soal Gangguan Pendengaran Pasien Covid-19
Gangguan pendengaran bukan gejala baru, tapi kemungkinan baru dilaporkan.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Salah satu gejala covid-19 yang semakin beragam salah satunya gangguan pendengaran. Spesialis THT dan Kepala Leher RSA UGM, dr Anton Sony Wibowo membenarkan, laporan menyebut infeksi virus SARS Cov-2 mengganggu pendengaran.
Ia mengatakan, gangguan pendengaran yang terjadi kepada pasien-pasien covid bukan gejala baru, tapi baru dilaporkan pasien. Koumpa et al. 2020 di British Medical Journal melaporkan kasus pertamanya terjadi April 2020 di Thailand.
"Jenis gangguan yang muncul gangguan pendengaran karena gangguan saraf pendengaran (sensorineural hearing loss). Selain itu dapat terjadi telinga berdenging dan kurangnya kemampuan mendengar," kata Anton, Jumat (26/3).
Anton menuturkan, sampai saat ini belum ada data terkait angka kasus pasti yang dilaporkan. Namun, beberapa laporan kasus di Iran 2020 menyebut pasien covid-19 yang mengalami gangguan pendengaran berada di rentang usia 22-40 tahun.
Di Inggris, kasus pertama menimpa laki-laki 45 tahun. Anton belum mengetahui mekanisme virus memengaruhi pendengaran, tapi penelitian Uranaka et al 2020 melaporkan ada ACE -2 reseptor yang jadi tempat menempel virus di telinga tengah dan dalam.
Hal tersebut seperti mekanisme yang mirip dalam kerusakan saraf pembau, tapi dalam kondisi ini terjadi ke saraf pendengaran dan organ pendengaran. Sejauh ini, belum pula ada data pasti terkait lama gangguan pendengaran tersebut.
"Hanya, pada laporan kasus di Inggris terjadi perbaikan pendengaran setelah pemberian pengobatan, tapi kondisinya tidak kembali ke normal," ujar Anton.