Thailand Izinkan Pengungsi Myanmar Masuk Perbatasan
Thailand membantah memiliki kebijakan untuk menolak pengungsi Myanmar
REPUBLIKA.CO.ID, MAE SAM LAEP -- Lebih dari selusin orang yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar diizinkan menyeberang ke desa perbatasan Thailand untuk mendapatkan perawatan medis pada Selasa (30/3). Kementerian Luar Negeri Thailand membantah memiliki kebijakan untuk menolak pengungsi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Tanee Sangrat, mengatakan negara itu tidak memiliki kebijakan untuk menolak pengungsi. Dia menambahkan, terkadang pengungsi secara sukarela kembali ke Myanmar.
Seorang pejabat kesehatan di desa Mae Sam Laep mengatakan, orang-orang yang tiba dengan perahu melintasi sungai Salween yang menandai perbatasan adalah etnis Karen. Mereka adalah kelompok yang menentang kudeta militer Myanmar pada Februari.
Salah satu warga desa Myanmar yang melintas ke Thailand adalah Kyaw Lar Bri. Dia mengatakan terkena pecahan bom dari serangan udara pada 27 Maret sebelum melarikan diri ke hutan dan kemudian naik perahu untuk menyeberangi sungai ke Mae Sam Laep bersama dengan enam orang terluka lainnya.
"Masih belum aman dan warga desa tidak berani kembali ke desa," ujar perempuan berusia 48 tahun ini.
Tapi, seorang pejabat lain di daerah itu, mengatakan tentara Thailand masih mengirim kembali sebagian besar dari mereka yang melarikan diri dari Myanmar. Keputusan itu dilakukan karena menganggap situasi di perbatasan masih cenderung aman.
Pernyataan itu sesuai dengan laporan aktivis sehari sebelumnya yang menuduh Thailand mendorong ribuan calon pengungsi kembali ke Myanmar. Sebuah video menunjukkan gambaran orang-orang yang menaiki perahu di tepi sungai di bawah pengawasan tentara Thailand. Pejabat Thailand langsung membantah laporan tersebut tetapi seorang pejabat distrik di dekat perbatasan mengatakan pada pertemuan bahwa orang-orang yang melarikan diri dari Myanmar harus diblokir.
Pemberontak dari berbagai kelompok etnis telah memerangi pemerintah pusat Myanmar selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar. Meskipun banyak kelompok telah setuju untuk gencatan senjata, pertempuran telah berkobar dalam beberapa hari terakhir antara tentara dan pasukan di timur serta utara. Bentrokan besar meletus pada akhir pekan di dekat perbatasan Thailand antara tentara dan pejuang dari pasukan etnis minoritas tertua Myanmar, Serikat Nasional Karen (KNU), yang juga mengecam kudeta tersebut.