Top 5 News: Polemik Vaksin Nusantara, Joseph Paul Hina Islam
Joseph Paul Zhang melecehkan Islam dan mengaku sebagai nabi yang ke-26.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerukunan umat Islam di Indonesia kembali diguncang dengan penistaan agama yang dilakukan seorang WNI, Joseph Paul Zhang. Joseph menghina umat Islam dan mengaku sebagai Nabi ke-26 dalam tayangan di channel Youtube-nya.
Polisi pun didesak menangkap Joseph yang diketahui tinggal di luar negeri. Sementara, PGI meminta orang seperti Joseph tidak perlu ditanggapi karena semakin mendapat tempat di medsos. Berita soal Joseph masuk dalam jajaran top 5 news Republika.co.id, Ahad (18/4). Selain Joseph, ada juga soal polemik Vaksin Nusantara.
1. Kemenkes Belum Dapatkan Hasil Pra-Klinis Vaksin Nusantara
JAKARTA -- Tenaga Ahli Menteri Kesehatan (Kemenkes) Andani Eka Putra mengatakan, pihaknya belum bisa menilai dan berkomentar banyak ihwal vaksin Nusantara yang diprakarsai oleh mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto. Pasalnya, hingga kini Kemenkes belum menerima hasil uji praklinis vaksin tersebut.
"Bagaimana efektivitas, jeleknya, kita belum bisa nilai. Karena, saya belum dapat uji praklinisnya," ujar Andani dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (17/4).
Dari hasil uji praklinis tersebut, barulah para peneliti dapat masuk ke uji klinis tahap I, II, dan seterusnya. Di samping itu, standar mutu vaksin Nusantara haruslah menjadi hal yang perlu dijaga ketat.
"Harus ada standar good manufacturing practice, processing bahannya rutin tiap hari, tiap orang diproses sendiri. Artinya, standar mutunya harus betul-betul dijaga sangat ketat," ujar Andani.
Vaksin Nusantara sendiri, kata Andani, sudah digagas oleh Terawan saat masih menjabat sebagai menteri kesehatan. Pemerintah diklaim sudah mengetahui adanya gagasan vaksin tersebut.
Baca berita selengkapnya di sini.
2. PGI: Kasus Joseph tak Usah Diberi Perhatian, Abaikan Saja
JAKARTA -- Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom memberi tanggapan soal kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Youtuber Joseph Paul Zhang. Dia menyatakan, masalah tersebut tidak perlu ditanggapi dan sebaiknya diabaikan.
"Menurut saya, yang beginian ini tak usah diberi perhatian. Semakin ditanggapi, dia akan semakin mendapat tempat di medsos. Abaikan saja," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (18/4).
Gomar juga menuturkan, umat Kristen sudah kenyang dihina dan dipermainkan di republik ini. "Santai saja. Kalau sedikit-sedikit menanggapi yang beginian secara serius dan langsung memprosesnya sebagai penodaan agama, kapan kita dewasanya?" ucapnya.
Menurut Gomar, yang paling penting sekarang ini adalah supaya setiap pemeluk agama mendapat penggembalaan dan pengajaran yang lebih baik dari para pemimpinnya. "Agar tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengajar-pengajar yang aneh, yang dari waktu ke waktu bermunculan dengan rupa-rupa motif dan tujuan," katanya.
Baca berita selengkapnya di sini.
3. Umat Islam tak Usah Terpancing dengan Hinaan Paul Zhang
JAKARTA -- Filsuf dan Guru Besar Filsafat Kebudayaan Islam di Universitas Paramadina, Abdul Hadi WM, menyatakan umat Islam harus menangapi dengan dingin kasus penghinaan agama yang dilakukan oleh Joseph Paul Zhang yang telah menghina Nabi Muhammad dan melecehkan ajaran Islam.
Hal tersebut karena terbuka kemungkinan besar penghinaan yang dia lakukan punya skenario lain. Yakni, membuat Islam marah sehingga membenarkan apa yang selama ini dituduhkan bahwa Islam itu agama yang terkait kekerasan.
''Saya kira tenang saja. Biar polisi yang bertindak sebab sudah ada aturan hukumnya. Kita tidak tahu siapa dia dan latar belakang dia melakukan perbuatan nista itu. Lagi-lagi umat Islam harus terus bersabar karena memang ada pihak yang berusaha terus memancing agar ribut,'' kata Abdul Hadi kepada Republika.co.id Ahad (18/4).
Menurut Abdul Hadi, apa yang dilakukan oleh Paul Zhang bukan fenomena yang baru. Bahkan, sejak zaman Nabi Muhammad atau awal tarikh Islam sudah ada. Dan, fenomena mengaku nabi baru pun kini ada.
Baca berita selengkapnya di sini.
4. AS Sebut Pemulihan Ekonomi China Sangat tidak Seimbang
WASHINGTON DC -- Amerika Serikat (AS) mengatakan, China terus memfokuskan kebijakannya pada ekspor. AS pun mengungkapkan, negara saingan ekonomi terbesarnya itu juga menerapkan berbagai langkah tegas guna meningkatkan permintaan domestik.
Dalam laporan valuta asing setengah tahunan, Departemen Keuangan AS menyatakan pemulihan ekonomi China sejak pandemi sangat tidak seimbang. "Langkah-langkah penahanan yang ketat memungkinkan China segera melanjutkan produksi, sementara konsumsi domestik tertinggal," kata laporan tersebut seperti dilansir Bloomberg, Ahad (18/4).
Sementara, Presiden China Xi Jinping telah memperjuangkan apa yang pemerintahannya sebut sebagai model 'sirkulasi ganda'. Sirkulasi ganda, yakni ekonomi domestik berfungsi sebagai pendorong utama pertumbuhan.
Departemen Keuangan AS memiliki pandangan berbeda. Mereka menilai, fokus China pada kebijakan yang mendukung permintaan eksternal berkontribusi pada melebarnya surplus neraca berjalan negara itu tahun lalu bersama dengan efek sementara dari Covid-19, seperti permintaan luar negeri bagi produk medis.
"Permintaan swasta yang kurang bersemangat didukung oleh berlanjutnya pelemahan di pasar tenaga kerja menimbulkan kekhawatiran, pertumbuhan China tidak dapat dipertahankan tanpa dukungan resmi yang lebih besar untuk konsumsi rumah tangga," ujar Departemen Keuangan AS.
Baca berita selengkapnya di sini.
5. Kisah Muslimah Prancis, Pindah Negara atau Lucuti Identitas
PARIS -- Saat menempuh tahun pertama sekolah kedokteran di Marseille, Nadia ingat betul bagaimana perlakuan lingkungannya terhadap wanita Muslim yang mengenakan hijab. Raut wajah dokter yang dinilainya selalu berseri pada pasien, ia klaim sangat berbeda terhadap dirinya.
Menurut dia, pada 2017 ketika hendak melakukan pemeriksaan dan penimbangan ke dokter tersebut, berat badan Nadia dikurangi dua kilogram. Nadia sadar, hal itu bukan karena timbangannya yang error, melainkan karena dokter tersebut selalu melirik pakaian tertutup Nadia dan pasmina yang dikenakannya.
"Biarkan rambut Anda bernapas, nanti bisa rontok karena memakainya sepanjang waktu,’’ ujar perawat lain kepada Nadia saat itu.
Tak sampai di sana, menjadi Muslim di Prancis, diakui Nadia, selalu dinilai kapan pun dan di mana pun. Bahkan, saat mengunjungi pusat grosir, orang-orang diakuinya selalu menatap seakan terganggu oleh kehadirannya.
Baca berita selengkapnya di sini.
BONUS 6. Ekonom Sarankan Pemindahan Ibu Kota Ditunda
JAKARTA -- Sejumlah ekonom melihat proyek pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur sebaiknya tidak dilanjutkan saat ini karena pemerintah sedang menghadapi pandemi Covid-19. Ekonom senior Emil Salim mengatakan proyek ibu kota negara (IKN) membuat perhatian pemerintah dalam menghadapi pandemi terpecah.
“Dalam keadaan ini harus bertempur di dua bentuk. Pertama, tenaga yang harus pindah, kedua, bertempur untuk Covid-19,” kata Emil dalam diskusi terkait pemindahan ibu kota secara virtual, Jumat.
Dia menawarkan alternatif jika pemerintah ingin meneruskan proyek tersebut, yaitu membuat dua ibu kota. Pertama, ibu kota negara yang berisi presiden, wakil presiden, dan sekretariat negara, kata dia. Kedua, ibu kota proklamasi yang berisi kementerian dan lembaga lainnya.
“Supaya jangan buang waktu untuk pindah,” tutur Emil.
Baca berita selengkapnya di sini.