India Minta Twitter Hapus Kritik Soal Penanganan Covid-19

Kritik dilontarkan setelah kasus infeksi virus corona di India capai rekor dunia

AP Photo/Altaf Qadri
Seorang pasien menerima oksigen di luar Gurdwara, rumah ibadah Sikh, di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021. Kekurangan oksigen medis di India menjadi begitu parah sehingga gurdwara ini mulai menawarkan sesi pernapasan gratis dengan tangki bersama untuk COVID-19 pasien menunggu ranjang rumah sakit.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemerintah India meminta Twitter untuk menghapus sejumlah cicitan, termasuk beberapa cuitan anggota parlemen lokal yang mengkritik penanganan pemerintah federal India terhadap wabah virus corona. Kritik dilontarkan setelah kasus infeksi virus corona di India kembali mencapai rekor dunia.

Twitter telah menangguhkan beberapa cicitan setelah ada permintaan hukum oleh pemerintah India. Twitter mengungkapkan, pemerintah membuat perintah darurat untuk menyensor sejumlah cicitan. Undang-undang yang dikutip dalam permintaan pemerintah adalah Undang-Undang Teknologi Informasi tahun 2000.

Dalam permintaan hukum pemerintah, tertanggal 23 April terdapat 21 cicitan yang disebutkan. Di antaranya adalah cicitan dari seorang anggota parlemen bernama Revnath Reddy, seorang menteri di negara bagian Benggala Barat bernama Moloy Ghatak, dan seorang pembuat film bernama Avinash Das.

"Saat kami menerima permintaan hukum yang sah, kami meninjaunya berdasarkan Peraturan Twitter dan hukum setempat," kata juru bicara Twitter dalam pernyataan yang dikirim melalui email.

"Jika konten melanggar aturan Twitter, konten tersebut akan dihapus dari layanan kami. Jika ditetapkan sebagai ilegal di yurisdiksi tertentu, tetapi tidak melanggar aturan Twitter, kami dapat menahan akses ke konten tersebut hanya di India,"  ujar juru bicara itu menambahkan.

Juru bicara itu mengonfirmasi, Twitter telah memberi tahu pemegang akun secara langsung terkait penangguhan konten mereka. Twitter juga menginformasikan kepada mereka bahwa, mereka menerima perintah hukum yang berkaitan dengan cuitannya. Perkembangan tersebut dilaporkan sebelumnya oleh situs berita teknologi TechCrunch, yang mengatakan bahwa Twitter bukan satu-satunya platform yang terpengaruh oleh permintaan tersebut.

Baca Juga


India berada dalam cengkeraman gelombang kedua pandemi Covid-19. India mencapai tingkat satu kematian karena Covid-19 hanya dalam waktu kurang dari empat menit di Delhi. Sistem kesehatan di India mulai kewalahan akibat kekutangan pasokan oksigen di tengah lonjakan pasien virus corona.

Kementerian Kesehatan India mengatakan, jumlah kasus virus corona pada Sabtu (24/4) naik 346.786 menjadi total 16,6 juta kasus. Sementara, kematian akibat Covid-19 naik 2.624, menjadi total 189.544.

Pakar kesehatan mengatakan, pada musim dingin India terlena dengan pandemi Covid-19, ketika kasus baru berjalan sekitar 10 ribu per hari dan tampak terkendali. Pihak berwenang mencabut pembatasan, dan memungkinkan dimulainya kembali pertemuan besar, termasuk festival besar dan demonstrasi politik untuk pemilihan lokal.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler