Santri di Tasikmalaya Mulai Dipulangkan
Sebelum 6 Mei santri di Tasikmalaya dipersilakan mudik.
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sekitar 500 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Idrisiyyah di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, dipulangkan ke rumah mereka masing-masing pada Sabtu (1/5). Pemulangan ratusan santri itu dikoordinasikan oleh pihak pesantren dengan menggunakan bus dan minibus.
Mudir Ponpes Idrisiyyah, ustadz Cecep Hidayatullah mengatakan, pemulangan santri dilakukan lantaran kalender pendidikan di pesantren sudah selesai. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemulangan dilakukan secara kolektif, sehingga santri tak pulang menggunakan transportasi umum.
"Pemulangan ini kita kolektifkan seperti tahun-tahun sebelumnya ke berbagai jurusan. Ini sesuai kalender pendidikan yang sudah kita buat," kata dia.
Terdapat sekitar 500 santri yang dipulangkan dari ponpes itu pada Sabtu pagi. Para santri itu akan diantar ke daerah asal mereka masing-masing menggunakan bus dan minibus.
Ustaz Cecep mengatakan, secara keseluruhan terdapat sekitar 1.200 santri di pesantrennya. Para santri itu akan dipulangkan seluruhnya pada Lebaran kali ini. Sekitar 500 santri yang dipulangkan pada Sabtu menggunakan bus dan minibus merupakan yang berasal dari luar Tasikmalaya, seperti Jabodetabek, Bandung, Garut, Cirebon, Sumedang, dan Pangandaran.
Menurut dia, para santri yang dipulangkan menggunakan minibus akan diantar hingga rumah mereka masing-masing. Sementara santri yang menggunakan bus akan diantar ke titik terdekat rumahnya, setelah itu dijemput oleh orang tuanya.
Sedangkan, santri yang berasal dari sekitar Tasikmalaya akan dijemput oleh orang tuanya masing-masing ke ponpes. "Untuk santri yang dari luar Jawa sepeti Papua, Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi, sudah kita pulangkan lebih awal dengan kita antar ke bandara. Ada beberapa pertimbangan pemulangan lebih awal, agar dapat pesawat dan biaya tiket terjangkau," kata dia.
Ustaz Cecep paham adanya larangan mudik pada Lebaran 1442 H dari pemerintah. Larangan itu juga berlaku untuk para santri. Namun, santri di ponpesnya telah selesai menjalani pendidikan sesuai kalender. Dengan begitu, para santri juga memiliki hak untuk libur dan pulang ke rumahnya setelah belajar di pesantren selama enam bulan.
"Kita tetap ikuti arahan pemerintah. Kan larangan itu 6-17 Mei. Mangkanya kita lakukan sekarang," kata dia.
Ia menyebut, saat ini mudik belum dilarang, melainkan hanya diperketat. Karenanya, tak ada alasan untuk santri tidak pulang. Apalagi, pihaknya telah berkoordinasi dengan satuan tugas (satgas) penanganan Covid-18 setempat.
Ustaz Cecep menjelaskan, para santri yang dipulangkan itu juga sudah diperiksa kondisi kesehatannya. Bahkan, santri dari luar Jawa sudah menjelani tes swab antigen untuk memastikan kondisinya bebas Covid-19.
Proses pemulangan santri juga dipastikan memenuhi standar protokol kesehatan (prokes). Selama dalam perjalanan, santri diwajibkan menggunakan masker dan dibekali hand sanitizer.
"Kita juga sudah berikan pembekalan kepada santri agar tetap menjaga prokes selama di rumah. Sebab sekarang masih dalam kondisi pandemi Covid-19," ujar ustaz Cecep.
Rencananya, para santri Ponpes Idrisiyyah akan kembali lagi pada 2 Juni. Santri-santri itu akan dijemput secara kolektif oleh pihak ponpes, sehingga lebih terkoordinasi.
Nantinya, para santri yang kembali ke ponpes juga akan menjalani pemeriksaan terlebih dahulu, sehingga dapat dipastikan bebas dari penyebaran Covid-19. "Santri santi juga dicek rapid test seperti tahun sebelumnya. Insyaallah tetap aman," kata dia.
Salah seorang santri yang dipulangkan, Resha Lusyani (15 tahun) mengaku senang. Sebab, adanya larangan mudik dari pemerintah sempat membuatnya khawatir tak bisa kembali ke rumah saat Lebaran.
"Senang bisa pulang. Karena kan momen Lebaran. Biasanya juga bisa pulang," kata santri asal Sumedang itu.
Salah seorang santri lainnya, Rein Kirana (17), juga mengaku senang bisa pulang sebelum Lebaran. Ia juga sempat cemas dengan adanya larangan mudik.
"Tapi bisa juga. Kemarin khawatir gak bisa," ujar santri asal Cirebon itu.