Menlu Filipina Kritik Pedas Kapal China di LCS
Ratusan kapal China dinilai masuk zona ekonomi ekslusif Filipina.
REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin mengkritik pedas dan meminta kapal-kapal China harus keluar dari perairan yang disengketakan di Laut China Selatan, Senin (3/5). Komentarnya mengikuti protes Manila atas kehadiran ilegal dari ratusan kapal China di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil Filipina.
"China, temanku, seberapa sopan aku bisa mengatakannya? Coba aku lihat ...O..KELUAR," ujar Locsin di akun Twitter pribadinya.
Kementerian Luar Negeri Filipina menuduh penjaga pantai China membayangi, memblokir, melakukan manuver berbahaya, dan menantang radio dari kapal penjaga pantai Filipina. Sebelumnya, Manila berjanji untuk melanjutkan latihan maritim di ZEE Laut China Selatan sebagai tanggapan atas permintaan Beijing untuk menghentikan tindakan yang dikatakannya dapat meningkatkan perselisihan.
"Apa yang kamu lakukan untuk persahabatan kita? Kamu. Bukan kami. Kami sedang berusaha. Kamu. Kamu seperti orang bodoh yang memaksa perhatianmu pada pria tampan yang ingin menjadi teman; bukan untuk menjadi ayah dari provinsi China..., " kata Locsin.
Baca juga : Bill Gates dan Melinda Gates Cerai Setelah 27 Tahun Nikah
Pejabat China sebelumnya mengatakan kapal-kapal di Whitsun Reef yang disengketakan adalah kapal penangkap ikan yang berlindung dari laut yang ganas. Namun, Beijing mengeklaim hampir seluruh Laut China Selatan, yang dilalui sekitar 3 triliun dolar AS perdagangan kapal setiap tahun. Pada 2016, pengadilan arbitrase di Den Haag memutuskan bahwa klaim tersebut tidak sesuai dengan hukum internasional.
Data Kementerian Luar Negeri Filipina menyatakan pada 26 April, Filipina telah mengajukan 78 protes diplomatik ke China sejak Presiden Rodrigo Duterte menjabat pada 2016. "Pernyataan kami juga lebih kuat karena sifat kegiatan yang lebih berani, jumlah, frekuensi, dan kedekatan gangguan," kata Direktur Eksekutif untuk Komunikasi Strategis di Kementerian Luar Negeri, Marie Yvette Banzon-Abalos.
Duterte mengejar hubungan yang lebih hangat dengan China dengan imbalan janji miliaran dolar dalam investasi, bantuan, dan pinjaman. "China tetap menjadi dermawan kami. Hanya karena kami memiliki konflik dengan China, tidak berarti kami harus bersikap kasar dan tidak sopan," kata Duterte dalam pidato nasional mingguan.
Presiden Filipina ini mencoba tetap membuka tangan untuk Beijing meski mencoba bersikap tegas atas keberadaan di Laut China Selatan. "Jadi, mohon izinkan para nelayan kami menangkap ikan dengan damai dan tidak ada alasan untuk masalah," katanya kepada China.