Korut Hadapi Krisis Ekonomi Terburuk dalam 73 Tahun

Korut alami kekurangan makanan dan obat-obatan.

AP/Cha Song Ho
Orang-orang berjalan melewati papan reklame yang mengumumkan Kongres ke-8 Partai Buruh di sepanjang jalan utama Distrik Pusat di Pyongyang, Korea Utara, pada Rabu, 6 Januari 2021.
Rep: Puti Almas Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG — Korea Utara (Korut) menghadapi salah satu krisis ekonomi terburuk dalam 73 tahun sejarah negara itu, di tengah kekurangan makanan dan obat-obatan serta peringatan akan meningkatnya pengangguran dan tunawisma.

Baca Juga


Perekonomian Korut telah terpukul sangat parah dalam satu tahun terakhir akibat pandemi virus corona Jenis baru (Covid-19), yang membuat pembatasan perbatasan diberlakukan. Tak hanya itu, terjadi banjir dan sanksi internasional yang selama ini dihadapi negara terisolasi itu atas program rudal nuklir semakin memperburuk keadaan. 

Bulan lalu, pemimpin Korut Kim Jong-un meminta anggota Partai Buruh Korea yang berkuasa untuk melakukan ‘pawai sulit’ guna mencegah krisis ekonomi. Ia mengatakan, kondisi negara saat ini sama dengan kelaparan yang terjadi pada 1990-an di negara Asia Timur itu, yang membuat tiga juta orang meninggal. 

“Ada banyak rintangan dan kesulitan di depan kami, jadi perjuangan untuk melaksanakan keputusan kongres partai kedelapan tidak akan berjalan lancar," ujar Kim Jong-un kepada anggota Partai Buruh Korea yang berkuasa, dilansir The Guardian, Rabu (5/5). 

Istilah ‘pawai sulit’ adalah eufemisme yang digunakan untuk menggambarkan akibat dari bencana kelaparan di Korut pada 1990-an, yang disebabkan oleh runtuhnya Uni Soviet, yang saat itu menjadi penyedia bantuan utama negara. Korban tewas diperkirakan berkisar dari ratusan ribu hingga antara dua dan tiga juta orang.

Baca juga : Donald Trump Kembali ke Dunia Maya Lewat Situs Blog

 

Korut menutup perbatasan darat dengan China dan Rusia pada awal 2020 setelah laporan pertama kasus Covid-19 di Wuhan, China. Selain itu, penutupan dan pembatasan pergerakan masyarakat di dalam negeri juga diberlakukan, yang  sebenarnya tepat untuk mencegah pandemi meluas, namun hal itu telah menghancurkan ekonomi yang bergantung pada impor.

“Perekonomian Korea Utara berada di ambang resesi besar,” kata Jiro Ishimaru, kepala situs web Asia Press yang berbasis di Osaka, Jepang dan mengoperasikan jaringan jurnalis warga di Korut.

Ishimaru mengatakan hampir runtuhnya perdagangan dengan China telah menyebabkan hilangnya pekerjaan yang signifikan. Banyak orang terpaksa menjual harta benda dan bahkan hak tinggal ke rumah milik negara mereka digunakan untuk membeli makanan.

Data menunjukkan perdagangan Korut dengan China menyusut sekitar 80 persen tahun lalu setelah Pyongyang menutup perbatasannya. Ini menjadi langkah penting dalam mencegah wabah, mengingat virus penyebab pandemi dengan cepat dapat melumpuhkan infrastruktur kesehatan negara itu yang sudah lemah.

"Banyak orang yang menderita. Saya telah berbicara dengan kontak yang mengatakan ada lebih banyak orang yang mengemis makanan dan uang di pasar, dan peningkatan jumlah tunawisma. Juga ada kebutuhan yang sangat besar akan antibiotik dan obat-obatan lainnya,” jelas Ishimaru. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler