India Didesak Segera Karantina Nasional

Kasus Covid-19 dan kematian di India terus menyentuh rekor tertinggi

AP/Dar Yasin
Tempat tidur terletak di dalam stadion dalam ruangan yang diubah menjadi pusat perawatan COVID-19 untuk keadaan darurat setelah lonjakan jumlah kasus positif virus korona di Srinagar, Kashmir yang dikendalikan India, Rabu, 28 April 2021.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Seruan semakin membesar untuk Pemerintah India memberlakukan karantina nasional karena kasus virus corona baru dan kematian mendekati rekor tertinggi. Kondisi itu meningkatkan tekanan pada pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi.

Baca Juga


Kementerian Kesehatan melaporkan 366.161 infeksi baru dan 3.754 kematian pada Senin (10/5). Penghitungan total infeksi di India sekarang mencapai 22,66 juta, dengan 246.116 kematian.

Data dari Dewan Penelitian Medis India menunjukkan, sebanyak 1,47 juta sampel yang diuji untuk Covid-19 adalah yang terendah bulan ini. Angka tersebut dibandingkan dengan rata-rata harian 1,7 juta selama delapan hari pertama bulan Mei.

India melaporkan jumlah kematian Covid-19 tertinggi dalam satu hari sebanyak 4.187 pada Sabtu (9/5). Institute for Health Metrics and Evaluation memperkirakan bahwa India akan melihat satu juta kematian karena Covid-19 pada Agustus.  

Banyak rumah sakit bergulat dengan kekurangan oksigen dan tempat tidur yang akut, ditambah kamar mayat dan krematorium kewalahan. Kondisi itu membuat para ahli mengatakan, angka sebenarnya di India bisa jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan.

Banyak negara bagian memberlakukan karantina ketat selama sebulan terakhir, sementara yang lain mengadopsi pembatasan pergerakan dan menutup bioskop, restoran, pub, dan pusat perbelanjaan. Namun, tekanan meningkat pada Modi untuk mengumumkan penguncian nasional seperti yang pernah dilakukan selama gelombang pertama infeksi tahun lalu.

 

Modi berjuang melawan kritik karena mengizinkan pertemuan besar di festival keagamaan dan mengadakan rapat umum pemilihan besar-besaran selama dua bulan terakhir bahkan ketika kasus-kasus melonjak. "Kegagalan pemerintahan dalam proporsi epik dan bersejarah," kata profesor ilmu politik di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, Vipin Narang, di Twitter.

Indian Medical Association (IMA) telah menyerukan karantina lengkap, terencana, dan diumumkan sebelumnya alih-alih jam malam sporadis dan pembatasan yang diberlakukan oleh negara bagian selama beberapa hari pada suatu waktu. "IMA heran melihat kelesuan ekstrim dan tindakan tidak pantas dari kementerian kesehatan dalam memerangi krisis yang menyiksa yang lahir dari gelombang kedua pandemi Covid-19 yang menghancurkan," katanya dalam sebuah pernyataan.

Penasihat virus corona Gedung Putih, Dr Anthony Fauci, mengatakan telah memberi tahu otoritas India bahwa mereka perlu melakukan karantina total. "(Negara) Anda harus ditutup. Saya yakin beberapa negara bagian di India telah melakukannya, tetapi Anda perlu memutus rantai penularan. Dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menutupnya," ujarnya di program televisi ABC's This Week. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler